Suara.com - Anak Usaha PT PP (Persero) Tbk, PT PP Presisi Tbk (PPRE) merombak jajaran direksinya. Perombakan direksi ini sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Kamis (23/2/2023).
Dalam RUPSLB itu, pemegang saham sepakat mencopot Muhammad Darwis Hamzah sebagai Direktur Operasi yang digantikan oleh Rebimun, di mana sebelumnya menjabat sebagai direktur bisnis dan HCM.
Posisi Rebimun digantikan oleh Yudi Setiawan yang menjabat direktur bisnis dan HCM.
Komisaris Independen, Nur Rochmad mengatakan, meski ada perombakan direksi, tetapi perusahaan optimis bisa mencapai target. Dia memaparkan, perseroan telah mengantongi sejumlah kontrak baru selama tahun 2022 dengan total Rp 5,24 triliun.
"Dengan komponen perolehan kontrak didominasi oleh pemberi kerja non group (diluar PP Group) sebesar 93%," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (23/2/2023).
Adapun dari segi lini bisnis, mayoritas kontrak baru diperoleh dari lini bisnis jasa pertambangan sebesar 55%, pekerjaan sipil 41% dan sisa 4%-nya disumbang oleh lini bisnis pendukung yaitu pekerjaan struktur gedung (structure work) serta beton siap jadi (readymix).
Rochmad juga menyampaikan proyeksi pertumbuhan pendapatan Perseroan untuk tahun 2023 ini meningkat 20-25% dari tahun 2022, dengan strategi utamanya adalah peningkatan manajemen asset Perseroan guna meningkatkan perolehan market pada pekerjaan sipil sebagai maincontractor serta lini bisnis jasa pertambangan dengan jangkauan pelayanan yang jauh lebih luas dari sebelumnya, seperti antara lain pembangunan jalan tambang, pembangunan jetty, pembangunan stockpile hingga menjalankan kegiatan mining operation maupun penyedia jasa hauling hasil tambang.
Adapun perluasan jenis tambang yang menjadi fokus Perseroan pada tahun 2023 diantaranya nikel, batubara, emas dan bauksit.
"Sementara untuk lini bisnis pekerjaan sipil, Perseroan akan fokus pada perolehan kontrak dari APBN maupun proyek-proyek strategis nasional sebagai maincontractor," imbuh dia.
Baca Juga: Update Progres Pembangunan Jalan Tol Cijago
Berikut susunan dewan komisaris dan direksi pasca RUPSLB:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama: Yul Ari Pramuraharjo
Komisaris: Albert SM Simangunsong
Komisaris Independen: Indra Jaya Rajagukguk
Komisaris Independen: Nur Rochmad
Dewan Direksi
Direktur Utama: Rully Noviandar
Direktur Operasi: Rebimun
Direktur Perencanaan Bisnis & HCM: Yudi Setiawan
Direktur Keuangan, Manrisk & Legal: M. Arif Iswahyudi
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pengamat Bicara Nasib ASN Jika Kementerian BUMN Dibubarkan
-
Tak Hanya Sumber Listrik Hijau, Energi Panas Bumi Juga Bisa untuk Ketahanan Pangan
-
Jadi Harta Karun Energi RI, FUTR Kebut Proyek Panas Bumi di Baturaden
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
CORE Indonesia Lontarkan Kritik Pedas, Kebijakan Injeksi Rp200 T Purbaya Hanya Untungkan Orang Kaya
-
Cara Over Kredit Cicilan Rumah Bank BTN, Apa Saja Ketentuannya?
-
Kolaborasi dengan Pertamina, Pengamat: Solusi Negara Kendalikan Kuota BBM
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
Daftar Nama Menteri BUMN dari Masa ke Masa: Erick Thohir Geser Jadi Menpora
-
Stok BBM di SPBU Swasta Langka, Pakar: Jangan Tambah Kuota Impor, Rupiah Bisa Tertekan