Suara.com - Utang Luar Negeri Indonesia pada kuartal I tahun 2023 tercatat mencapai USD 402,8 miliar. Angka ini turun tipis 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Angka itu juga mengalami penurunan 4,1% dibandingkan pada kuartal sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan, penurunan utang luar negeri Indonesia itu disumbang dari utang luar negeri sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) dan swasta.
"Penurunan utang tersebut juga dipengaruhi oleh faktor perubahan akibat pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah," ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip, Senin (15/5/2023).
Dari sisi utang luar negeri pemerintah tercata sebesar USD 194 miliar pada kuartal I tahun 2023. Angka itu mengalami kontraksi sebesar 1,1% periode yang sama tahun lalu, dan lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya sebesar 6,8% (yoy).
"Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan sentimen positif pelaku pasar global yang tetap terjaga. Selain itu, terdapat penarikan neto pinjaman luar negeri multilateral yang digunakan untuk mendukung pembiayaan program dan proyek," papar Erwin.
Sedangkan, Utang Luar Negeri Swasta tercatat sebesar USD 199,4 miliar pada kuartal I tahun 2023. Secara tahunan, utang luar negeri swasta itu kontraksi 3,0%, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya sebesar 1,7%
"Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 77,9% dari total ULN swasta," kata Erwin.
BI juga menilai utang luar negeri Indonesia pada kuartal I tahun 2023 masih terkendali, tecermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap stabil di kisaran 30,1%.
"Selain itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh utang luar negeri berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,6% dari total utang luar negeri," pungkas Erwin.
Baca Juga: Deputi Gubernur BI Ungkap Peran UMKM dalam Tingkatkan Ekonomi Nasional
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas