Suara.com - Setelah Ekonom Faisal Basri mengkritik kebijakan hilirisasi yang digulirkan oleh pemerintah, Presiden Jokowi merespons dengan menyajikan pandangan yang berbeda dari pandangan ekonom tersebut.
Faisal Basri sebelumnya memberikan tanggapannya terhadap kebijakan hilirisasi nikel yang diambil oleh Presiden Jokowi. Pandangan ini muncul karena ia meyakini bahwa langkah tersebut memberikan keuntungan bagi China. Namun, Presiden Jokowi dan Faisal Basri memiliki pandangan yang berbeda mengenai hilirisasi.
Menurut Jokowi, dari segi nilai ekspor nikel sebelum dan setelah dilakukannya hilirisasi, terlihat jelas bahwa negara akan memperoleh manfaat lebih besar dengan melarang ekspor bahan mentah. Hal ini akan berdampak positif pada pendapatan negara dari pajak yang lebih tinggi.
Namun, pendapat ini bertentangan dengan pandangan yang menyatakan bahwa kebijakan hilirisasi justru menguntungkan negara lain, seperti yang dinyatakan oleh Faisal Basri.
Di dalam blognya, Faisal Basri menyebut bahwa China mendapatkan keuntungan hingga 90% dari kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia. Di sisi lain, pemerintah Indonesia hanya mendapatkan keuntungan sekitar 10%.
Faisal juga menyebutkan bahwa meskipun terjadi lonjakan ekspor sejak diberlakukan kebijakan hilirisasi, dengan lonjakan mencapai 414 kali lipat, namun tidak semua nilai ekspor tersebut masuk ke Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar perusahaan smelter di Indonesia kini dimiliki oleh China. Artinya, meskipun nilai ekspor meningkat, keuntungan tersebut tidak sepenuhnya mengalir ke Indonesia.
Sementara itu, terkait perpajakan, pemerintah Indonesia memberikan insentif tax holiday kepada pengusaha smelter. Ini berarti ekspor bijih nikel seharusnya tidak dikenai pajak atau pungutan lainnya.
Selain itu, terdapat banyak pekerja asal China di industri smelter nikel Indonesia dengan gaji yang lebih tinggi dibandingkan pekerja lokal. Selain itu, ada kemungkinan beberapa pekerja asal China menggunakan visa kunjungan.
Kontributor : Ulil Azmi
Baca Juga: Amien Rais Gelar Pertemuan Tertutup di Kediaman Rizal Ramli, Bahas Keburukan Jokowi?
Berita Terkait
-
Cara Ganjar Tanggapi Golkar-PAN Dukung Prabowo: Kenakan Baju Jokowi
-
Jokowi Sebut Pemimpin Selanjutnya Harus Bisa Lari Maraton dan Pemberani, Peneliti SMRC: Kuatkan Dukungan untuk Ganjar
-
Breaking News! Gowes Sepeda dari Malang Tuntut Keadilan Tragedi Kanjuruhan, Miftahuddin Tiba di Bekasi
-
Amien Rais Gelar Pertemuan Tertutup di Kediaman Rizal Ramli, Bahas Keburukan Jokowi?
-
Kritik Pemerintahan Jokowi, Amien Rais dan Rizal Ramli Gelar Pertemuan
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T