Suara.com - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Suralaya 1, 2, 3, dan 4 diklaim sudah dimatikan oleh pemerintah melalui Erick Thohir. Hal ini disebut sebagai salah satu upaya mengatasi masalah polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Merujuk pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar adalah salah satu penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta, menyumbang sekitar 31% dari polusi udara setelah sektor transportasi yang menyumbang sebanyak 44%.
Namun demikian, Menteri BUMN menjelaskan, penghentian operasional PLTU itu belum berdampak pada polusi udara dengan signifikan.
Namun, pemerintah tetap memutuskan untuk menonaktifkan PLTU ini karena komitmen mereka dalam menjaga kualitas udara yang berdampak pada kesehatan penduduk Jakarta.
PLTU Suralaya 1, 2, 3, dan 4 memiliki kapasitas total sekitar 4 x 400 Mega Watt (MW) dan berlokasi di Merak, Cilegon, Banten, dimiliki oleh anak perusahaan PT PLN (Persero), yaitu PT Indonesia Power (IP).
Menteri Erick menekankan bahwa ketika PLTU di Jawa dimatikan, perlu ada kesepakatan untuk menggantikan pasokan listrik, terutama dengan sumber energi terbarukan yang memiliki sistem beban dasar seperti PLTU. Salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan memanfaatkan pembangkit geothermal.
Dalam rangka mendukung penggantian sumber energi, pemerintah mendorong PT Pertamina (Persero) untuk mengakuisisi aset-aset geothermal yang dimiliki oleh PT PLN (Persero) dan Kementerian Keuangan, khususnya PT Geo Dipa Energi.
Selain itu, Menteri Erick telah mengirim surat kepada Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Presiden Joko Widodo untuk mentransfer aset-aset tenaga listrik di Papua kepada PLN.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menyatakan bahwa operasional PLTU Suralaya telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Baca Juga: 5 Tips Ampuh Mencegah ISPA pada Anak, Yuk Terapkan!
Mereka juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi emisi dari pembangkit tersebut dengan teknologi seperti Electrostatic Precipitator (ESP) dan Flue Gas Desulphurization (FGD). PLTU Suralaya juga telah dilengkapi dengan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) untuk memantau emisi gas buang secara digital.
Pada akhirnya, PLN mendapatkan pengakuan atas upaya mereka dalam mengurangi emisi dan menjalankan operasional yang ramah lingkungan melalui penghargaan dalam ASEAN Energy Award 2023.
Berita Terkait
-
Waspada! Kualitas Udara di Padang Menurun, Warga Diminta Pakai Masker
-
Ditinggalkan Cak Imin, Kandidat Cawapres Prabowo Kini Tinggal 3 Orang
-
Mengenal Water Mist Generator, Alat untuk Atasi Polusi Udara di Jakarta
-
5 Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan, Mulai dari Gangguan Pernapasan hingga Wajah Kerutan
-
Kandidat Kuat Cawapres Prabowo Usai Cak Imin 'Membelot' ke Anies, Erick Thohir?
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terkini
-
Rilis Aturan Baru, OJK Minta Bank Laporkan Keuangan Transparan
-
Bos Uniqlo Ramal Dunia Bakal Bangkrut, Ini Faktornya
-
Yu Menglong Diduga Bunuh Diri, Berapa Gaji Aktor China?
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Kucuran Dana Rp 200 Triliun Berpotensi Bikin Kredit Macet, OJK: Tidak Ada yang Dikorbankan
-
Menolak Digusur, Pria 42 Tahun Malah Bangun Rumah 10 Lantai
-
IHSG Menguat di Awal Sesi, Saham Apa Saja yang Jadi Primadona?
-
Ekonom: Jangan Ada Agenda Politis di Demo Ojol 17 September
-
Bank Mandiri Dapat Kucuran Dana Pemerintah Rp55 Triliun, Dipake Buat Apa?
-
Sepi Peminat, Ford Pangkas 1.000 Karyawan di Divisi Mobil Listrik