Suara.com - Pemerintah Indonesia berencana mengimpor dua juta ton beras dari Thailand dalam waktu dekat jika produksi dalam negeri kurang. Bak bumi dan langit, Negeri Gajah Putih itu bisa panen beras melimpah di saat Indonesia justru krisis makanan pokok tersebut.
Dalam keterangan resminya, Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) Sarwo Edhy menyebutkan keputusan impor ini diambil untuk menanggulangi melonjaknya harga beras. Terkait harga beras yang menyentuh Rp18.000 – Rp20.000 tersebut, Sarwo mengatakan penyebabnya adalah ongkos produksi yang tinggi hingga dampak El Nino. Namun, dua hal tersebut tampaknya tak dialami oleh Thailand.
Melansir Nikkei Asia, Thailand mulai memperbaiki sistem pertanian lantaran pernah terpuruk pada era ’90-an. Kekeringan yang melanda negara itu membuat Thailand terperosok dalam tiga masalah serius yang mempengaruhi ekspor berasnya, yakni penurunan produksi, kekeringan, dan biaya tambahan ekspor yang mahal. Padahal, Thailand sebelumnya pernah menjadi eksportir beras terbesar di dunia.
Pemerintah kemudian menegaskan rencana untuk menurunkan biaya tambahan yang dikumpulkannya dari eksportir untuk ekspor beras ke Uni Eropa dan Inggris dari 2.500 baht (USD 80,51) per ton menjadi 1.200 hingga 1.500 baht.
Dari segi tenaga kerja petani, Thailand mengusung visi agar petani mendapatkan standar hidup yang lebih baik, masyarakat memiliki ketahanan pangan, dan negara memperoleh penerimaan.
Dengan visi ini Thailand berhasil meningkatkan indeks kemakmuran petani hingga 80 persen pada tahun 2016. Peningkatan ini kemudian diikuti dengan peningkatan ekonomi sektor pertanian sebesar tiga persen per tahun, dan pemanfaatan sumber daya secara tepat untuk peningkatan produksi pertanian. Kebijakan ini utamanya diterapkan pada pertanian beras.
Dengan penerapan kebijakan yang ketat, Thailand akhirnya bertengger sebagai salah satu negara pengekspor beras terbesar dunia selain Vietnam dan India.
Beras merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan unggulan Thailand. Beras juga menjadi salah satu prioritas utama pembangunan pertanian Thailand di samping komoditas lain seperti gula, jagung, sayuran, dan buah yang sudah menjadi produk global.
Kebijakan pembangunan pertanian kunci Thailand salah satunya terkait dengan peningkatan harga beras atau rice pledging policy. Melalui kebijakan tersebut, pemerintah Thailand berupaya menjamin agar petani beras mendapatkan harga riil yang relatif tinggi di tingkat panen dan penggilingan padi. Untuk itu pemerintah Thailand menyiapkan mekanisme pembelian langsung beras petani.
Baca Juga: Menapik Beras Naik, Jokowi Suruh Cek Pasar Cipinang: Saya Selalu Dapat Angka-angkanya
Di samping itu, pemerintah Thailand juga melaksanakan kebijakan peningkatan harga ekspor beras. Pemerintah Thailand merasa memiliki daya tawar dan daya saing beras secara dominan di pasar global.
Peningkatan harga ekspor beras tersebut ditransmisikan dan diteruskan ke harga petani dan pedagang. Kebijakan peningkatan harga di atas diiringi dengan program dan kegiatan peningkatan kualitas dan mutu beras, mulai dari tingkat petani/panen sampai ke tingkat eksportir/pasar dunia.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Prediksi Cak Nun Beras Mahal Dan Menteri Keuangan Mundur Viral, Bakal Terbukti?
-
Partai Buruh Desak Presiden Jokowi Turunkan Harga Beras Dalam 7 Hari, Jika Tidak Ancam Lakukan Ini
-
Minta Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Dirut Bulog: Stok Beras Cukup dan Harga Mulai Stabil
-
Ternyata Segini Kekayaan Dedi Mulyadi, Pantas Nyinyirin Warga yang Ngeluh Harga Beras Naik
-
Menapik Beras Naik, Jokowi Suruh Cek Pasar Cipinang: Saya Selalu Dapat Angka-angkanya
Terpopuler
- 6 Mobil Terbaik untuk Lansia: Fitur Canggih, Keamanan dan Kenyamanan Optimal
- 10 Mobil Mini Bekas 50 Jutaan untuk Anak Muda, Sporty dan Mudah Dikendarai
- 5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah yang Cocok untuk Multitasking dan Berbagai Kebutuhan
- 6 Motor Paling Nyaman untuk Boncengan, Cocok buat Jalan Jauh Maupun Harian
- Jesus Casas dan Timur Kapadze Terancam Didepak dari Bursa Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
AKR-BP dan Vivo Sudah Telah BBM Pertamina, Kapan Giliran Shell?
-
Tekad Hilirisasi Prabowo, Perusahaan Cilegon Guyur Investasi Rp5 Triliun untuk Pabrik PET Raksasa!
-
Cara Mencairkan Cek BCA dan Memastikan Keaslian Sebelum Pencairan
-
Daftar Kode SWIFT BRI Semua Wilayah di Indonesia
-
Cara Menghitung Simulasi Cicil Emas di Pegadaian, Berapa Biayanya?
-
Jadwal dan Nominal Bansos Desember 2025: BLT, BPNT, dan PKH
-
BEI Ogah Gegabah, Siapkan Model Demutualisasi Paling 'Ciamik' Hasil Intip Bursa Global
-
Menkeu Purbaya Bisa Intip Kondisi Keuangan Perusahaan Mulai 2027
-
Menteri ESDM Pindahkan Izin Tambang Pasir Kuarsa ke Pemerintah Pusat
-
IHSG Terbang ke Level Tertinggi 8.570, Intip Saham-saham yang Cuan