Suara.com - Pesatnya kemajuan teknologi telah membawa dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu inovasi yang mencuat dalam beberapa tahun terakhir adalah teknologi blockchain. Perubahan lanskap industri global, terutama di tengah gejolak ekonomi saat ini, menjadi salah satu bukti kuat akan keberhasilan adopsi teknologi ini.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti, Tirta Karma Senjaya mengatakan, pandemi Covid-19 telah mempercepat proses digitalisasi. Pembatasan sosial yang diberlakukan memaksa masyarakat untuk bergeser menuju teknologi digital, menciptakan lonjakan penggunaan internet yang signifikan.
"Faktanya dari 278,7 juta penduduk Indonesia, sekitar 66,5 persen diantaranya menggunakan internet. Oleh karena itu, saat ini pemerintah aktif dalam menggalakkan untuk pengembangan ekonomi digital," kata Tirta dalam acara INDODAX Goes to Campus IBI Kesatuan Bogor.
Data dari Google menunjukkan proyeksi ekonomi digital Indonesia mencapai US$146 miliar pada tahun 2025, menjadikannya pemain terbesar di kawasan Asia Tenggara.
"Oleh karenanya, pemerintah menjadikan perdagangan aset kripto sebagai salah satu strategi kunci untuk mempercepat, menciptakan, dan mendorong upaya pemgembangan ekonomi digital Indonesia pada tahun 2030," kata Tirta.
CEO INDODAX, Oscar Darmawan menilai aset kripto yang mendasarkan diri pada teknologi blockchain ini menawarkan paradigma baru dalam berbagai industri dengan memberikan transparansi, keamanan, dan efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Teknologi ini juga memiliki keunggulan dalam desentralisasi, sehingga lebih tahan terhadap serangan siber. Misalnya, jika satu server blockchain terkena serangan, sistem dapat beralih ke server lainnya," paparnya.
Bitcoin dan Ethereum adalah dua contoh utama aset kripto yang telah menjadi pusat perhatian dalam pasar global.
Bitcoin, yang sering disebut sebagai "emas digital", dianggap sebagai aset safe haven di tengah ketidakstabilan ekonomi global, sementara Ethereum yang awalnya dirancang sebagai sistem operasi untuk aplikasi terdesentralisasi telah membuka pintu bagi inovasi baru dalam industri.
Peluncuran ETF Bitcoin dan Ethereum Spot di Amerika Serikat dan Hong Kong menandai pengakuan resmi terhadap kedua aset kripto tersebut sebagai investasi yang sah dan aman. Langkah ini diharapkan membuka jalan bagi negara-negara lain untuk mengikuti jejak tersebut, memperluas aksesibilitas terhadap aset kripto di seluruh dunia.
Meskipun perkembangan ini menghadirkan potensi besar bagi masa depan ekonomi digital, perlu diingat bahwa investasi dalam aset kripto memerlukan pemahaman yang mendalam dan strategi yang matang.
Hal ini ditegaskan oleh Profesor Bambang Pamungkas dari IBI Kesatuan, menyadarkan bahwa walaupun teknologi blockchain dan aset kripto menjanjikan, tetaplah penting untuk menjaga kewaspadaan dalam setiap langkah investasi.
"Meskipun terdapat banyak aspek positif dari teknologi blockchain dan aset kripto, tetap penting untuk menjaga kewaspadaan. Dalam berinvestasi di bidang ini, diperlukan pemahaman yang mendalam dan strategi yang matang," tukas Bambang.
Berita Terkait
-
Huawei Dorong Akselerasi Ekonomi Digital ASEAN Lewat Pelatihan Teknologi untuk 100 UKM
-
Usai Kantongi Pendanaan Rp5,5 Triliun dari BCA, EDGE DC Umumkan Rebranding
-
Indodax Ungkap Fokus Utama Perkuat Industri Aset Kripto RI
-
Harga Bitcoin Mulai Naik Lagi, Apa Pemicunya?
-
OJK Keluarkan Aturan Baru Soal Aset Kripto, Intip Poin-poinnya
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
Terkini
-
Tak Bayar Pajak Rp21,15 Miliar Sejak 2021, Komisaris PT SI di Cokok Anak Buah Menkeu Purbaya
-
Segera Nikmati Keuntungannya, Begini Cara Mulai Investasi Obligasi Modal Kecil
-
Ekonom UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Q4 Tak Capai Target Imbas Banjir Sumatra
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
CPNS 2026 Kapan? Menpan-RB Beri Bocoran Terbaru Seleksi ASN Nasional
-
Isu Kesepakatan AS-Indonesia Batal Imbas Langgar Janji, Kemenko Perekonomian Klarifikasi
-
Industry Report Modern Marketing Reckoner 2025: Merancang Masa Depan Pemasaran Indonesia
-
IHSG Loyo di Level 8.600 Karena Tak Bisa Menahan Gempuran Aksi Ambil Untung
-
Menkeu Purbaya Resmi Tarik Bea Keluar Ekspor Emas hingga 15%
-
Di Tengah Isu Batalnya Kesepakatan Trump, Progres Impor Migas dari AS Masih Gantung