Suara.com - Fenomena membanjirnya produk garmen murah asal China ke pasar Indonesia membuat murung pengusaha tekstil lokal, salah satunya yang dialami oleh PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).
Direktur Keuangan Sritex Welly Salam mengatakan salah satu penyebab industri tekstil lokal susah payah karena banjirnya produk impor garmen asal China dengan harga yang jauh lebih murah.
"Terjadinya over supply tekstil di China yang menyebabkan terjadinya dumping harga yang mana produk-produk ini menyasar terutama ke Negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya (tidak menerapkan bea masuk anti dumping, tidak ada tarif barrier maupun non tarif barrier) dan salah satunya adalah Indonesia," kata Welly dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Selasa (25/6/2024).
Selain itu lanjut Welly industri tekstil lokal juga mengalami penurunan pendapatan yang drastis akibat pandemi Covid-19.
Tak hanya itu perusahaan menyebut kondisi geopolitik yakni perang Rusia-Ukraina serta Israel-Hamas menyebabkan terjadinya gangguan supply chain, dan juga penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat kawasan Eropa maupun Amerika.
Diketahui Sritex sudah lama harus berkutat dengan masalah keuangan. Pada September 2023 lalu, ekuitas perusahaan ini tercatat negatif, yang menandakan defisit modal serta kondisi perusahaan yang memburuk.
Utang Sritex tercatut mencapai US$1,54 miliar (setara Rp24,3 triliun). Nilai ini melebihi asetnya yang hanya US$653,51 juta (sekitar Rp10,33 triliun).
Sesuai Daftar Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga bulan September 2023, total liabilitas saham SRIL mencapai US$1,6 Miliar atau setara dengan Rp24,66 triliun.
Utang yang melilit ini didominasi oleh utang bank jangka pendek dan utang obligasi yang jatuh tempo hingga mencapai US$1,36 miliar atau setara Rp21,4 triliun.
Baca Juga: Dulu Banjir Pesanan Militer Hingga Fashion Global, Apa yang Hancurkan Sritex?
Meski demikian kata dia perseroan telah memohon relaksasi kepada kreditur atas tumpukkan utang itu dan mayoritas sudah memberikan persetujuan atas relaksasi tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
Terkini
-
OJK Koordinasi dengan PPATK untuk Blokir Rekening Dana Syariah Indonesia
-
Proyeksi Harga TOBA di Tengah Aksi Buyback 790 Juta Lembar Saham
-
Target Harga CDIA Tahun 2026, Katalis Sahamnya Sudah Muncul di Penghujung 2025
-
Zulhas Bongkar Kondisi Dapur Jelang Tahun Baru: Harga Pangan di Cimahi Dijamin 'Tenang'?
-
Produksi Minyak Naik, Bahlil Sebut Ada Pihak Terusik
-
Bea Cukai Berbenah Usai Diancam Purbaya: Pecat 27 Pegawai, Sanksi 33 Orang
-
BRI Peduli Salurkan Ambulance Gratis untuk Dioperasikan Polisi di Serang
-
Alasan ASN Wajib Laporkan Aktivitas Kerja Harian via E-Kinerja BKN
-
Hindari Kepadatan Lalu Lintas, KAI Tambah Akses Naik-Turun di Jatinegara dan Lempuyangan
-
Investor Pasar Modal Banyak di Dominasi Umur 30-40 Tahun, Gajinya Ada yang Rp100 Juta