Suara.com - Fluktuasi ekonomi dunia yang juga berdampak di Indonesia pekan ini menarik untuk disimak. Sejumlah peristiwa politik seperti kudeta perdana menteri Bangladesh hingga kerusuhan rasial di Inggris ikut mempengaruhi gejolak ekonomi. Terlebih, gejolak pasar saham di Amerika dan Jepang yang juga berdampak pada ekonomi di Indonesia.
Mundurnya PM Bangladesh Sheikh Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu. Pengunduran dirinya terjadi di tengah demonstrasi besar-besaran yang dipimpin oleh pemimpin mahasiswa Nahid Islam.
Di samping itu, pengunduran diri Hasina juga tidak bisa dilepaskan dari demonstrasi anti-pemerintah. Pada hari Senin kemarin, pengunjuk rasa melanggar jam malam nasional, menyerbu kediaman Perdana Menteri, dan menyatakan kemenangan gerakan rakyat.
Kerusuhan juga melanda Inggris. Negeri Ratu Elizabeth itu tengah dilanda peristiwa kerusuhan rasial. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer memperingatkan pengunjuk rasa sayap kanan pada hari Minggu bahwa mereka akan “menyesal” karena ikut serta dalam kerusuhan terburuk di Inggris dalam 13 tahun terakhir, ketika kerusuhan terkait dengan pembunuhan tiga anak awal pekan ini berkobar di seluruh negeri.
Demonstran anti-imigrasi bertopeng memecahkan beberapa jendela di sebuah hotel yang digunakan untuk menampung pencari suaka di Rotherham, South Yorkshire.
Lalu bagaimana dengan kondisi stockmarket di Amerika Serikat dan Jepang? Pasar saham di Amerika Serikat hingga Jepang terpantau jatuh.
Ambruknya Wall Street sejak akhir pekan lalu, berpengaruh pada perdagangan di Asia Pasifik termasuk Jepang dan Indonesia. Indeks Nasdaq, sebuah perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam terkoreksi 2,43 persen.
Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya angka pengangguran di Amerika Serikat, yakni lebih dari 10.000 pengangguran baru di tahun ini. Tentu saja lesunya pasar global mempengaruhi kondisi pasar di Tanah Air. Sejumlah perusahaan mencatat kinerja kurang menggembirakan akibat pelemahan saham di AS, terutama perusahaan dalam tataran global.
Pelemahan saham AS sering kali diikuti oleh penurunan indeks saham global, termasuk IHSG. Investor asing mungkin menarik dananya dari pasar saham Indonesia untuk menutupi kerugian di pasar lain atau untuk mencari aset yang lebih aman.
Baca Juga: Antiklimaks Jokowi Jelang Jabatan Berakhir, Ekonomi Tumbuh Melambat Jadi 5,05%
Di samping itu, penurunan pasar saham AS dapat memicu pelarian modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia, yang dapat melemahkan nilai rupiah terhadap dolar AS.
Selaain depresiasi Rupiah (IDR), pengangguran juga melonjak di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, angka pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada semester pertama tahun 2024 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tercatat sebanyak 32.064 pekerja kehilangan pekerjaan mereka, meningkat 21,4% dari tahun lalu. Kenaikan ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam mencari pekerjaan dan berpotensi meningkatkan angka pengangguran secara nasional. Jakarta dan Bangka Belitung menjadi dua wilayah dengan kasus PHK paling tinggi, dengan Jakarta mencatat angka tertinggi mencapai 7.469 orang yang terkena PHK.
Depresiasi rupiah dapat meningkatkan biaya impor dan inflasi di Indonesia. Jika pelemahan saham AS mencerminkan perlambatan ekonomi, permintaan global untuk barang dan jasa, termasuk ekspor dari Indonesia, dapat menurun. Penurunan ekspor dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Air Minum Bersih untuk Semua: Menjawab Tantangan dan Menangkap Peluang Lewat Waralaba Inklusif
-
Airlangga: Stimulus Ekonomi Baru Diumumkan Oktober, Untuk Dongkrak Daya Beli
-
Berdasar Survei Litbang Kompas, 71,5 Persen Publik Puas dengan Kinerja Kementan
-
Belajar Kasus Mahar 3 M Kakek Tarman Pacitan, Ini Cara Mengetahui Cek Bank Asli atau Palsu
-
BPJS Ketenagakerjaan Dukung Penguatan Ekosistem Pekerja Kreatif di Konferensi Musik Indonesia 2025
-
Kementerian ESDM Akan Putuskan Sanksi Freeport Setelah Audit Rampung
-
Indonesia Tambah Kepemilikan Saham Freeport, Bayar atau Gratis?
-
Kripto Bisa Sumbang Rp 260 Triliun ke PDB RI, Ini Syaratnya
-
Duta Intidaya (DAYA) Genjot Penjualan Online di Tanggal Kembar
-
4 Fakta Penting Aksi BUMI Akuisisi Tambang Australia Senilai Rp 698 Miliar