Suara.com - Jakarta menjadi kota dengan kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terbanyak di Indonesia sepanjang Januari hingga Juni 2024. Tercatat, ada 7.469 pekerja yang menjadi korban dari berbagai sektor industri.
Merespons hal ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono mengaku memang benar kasus PHK di Jakarta tinggi. Namun, menurutnya, jumlah warga yang terkena PHK itu tak semuanya warga asli yang telah lama tinggal di Jakarta.
“Gini, berdasarkan data memang PHK tinggi. (Namun) Berdasarkan data yang ada, tidak murni itu adalah warga Jakarta yang sudah lama tinggal," ujar Heru, dikutip Selasa (6/8/2024).
"Jadi, ada beberapa warga yang memang datang ke Jakarta, langsung dia kan kalau ke Jakarta tinggal dengan saudaranya, dengan temannya, dengan jaminan lainnya sesuai dengan aturan kependudukan. Kan dia boleh pindah. Ada sebagian yang belum dapat pekerjaan. Nah itu yang termasuk di dalam data itu, ini menjadi perhatian," lanjutnya.
Meski merupakan warga pindahan dari daerah lain, Heru menjamin akan tetap memfasilitasi para korban PHK yang bermukim di daerah yang ia kelola.
"Iya kami fasilitasi (korban PHK)," ungkapnya.
Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) merilis data terbaru terkait kasus PHK sepanjang Semester I 2024 atau Januari-Juni 2024. Pada periode itu, total pekerja yang terdampak PHK di seluruh Indonesia ialah 32.064 orang.
Dari data tersebut, jumlah PHK terbanyak berlokasi di Jakarta dengan angkat 7.469 pekerja, mencakup 23,29% dari keseluruhan PHK. Angka kasus ini juga naik signifikan sebesar 6.786 orang atau 994% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 dimana ada 683 orang terkena PHK.
Kemudian, daerah kedua dengan kasus PHK terbanyak ialah Banten yang secara total ada 6.135 orang terkena PHK sepanjang Semester I 2024. Jumlah ini naik 994 orang atau 19,33% dari periode yang sama tahun 2023 dimana ada 5.141 orang terkena PHK.
Baca Juga: Heru Budi Pastikan Bansos Tepat Sasaran, Hanya untuk Warga Tak Mampu
Jika diurut dari jumlahnya, lima provinsi dengan kenaikan kasus PHK terbanyak ialah Jakarta (6.786 orang), Bangka Belitung (1.489 orang), Banten (994 orang), dan Sumatera Utara (465 orang).
Dari peningkatan persentase, provinsi yang mengalami kenaikan terbesar adalah Bangka Belitung (3.918%), Aceh (1.745%), Jakarta (994%), Sumatera Utara (628%), dan Sulawesi Tenggara.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Daftar Saham Cum Dividen Mulai Hari Ini Hingga Kamis: Jadwal dan Nominal
-
Neo Pinjam: Bunga, Biaya Admin, Syarat, Tenor, Kelebihan dan Kekurangan
-
Sertifikat Tanah Ganda Paling Banyak Keluaran 1961 Hingga 1997, Apa Solusinya?
-
Optimalkan Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi serta Penjualan
-
Kasus Sertifikat Tanah Ganda Merajalela, Menteri Nusron Ungkap Penyebabnya
-
3 Altcoin Diprediksi Bakal Meroket Pasca Penguatan Harga Bitcoin US$ 105.000
-
MEDC Mau Ekspor Listrik ke Singapura
-
BRI Peduli Salurkan 637 Ambulans Lewat Program TJSL
-
Tidak Semua Honorer, Hanya Tiga Kriteria Ini Berhak Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu
-
Prediksi Harga Emas Pekan Depan: Was-was RUU Trump, Emas Lokal Bakal Ikut Melemah?