Suara.com - Bursa saham Wall Street mencatatkan kinerja impresif pada perdagangan Kamis (24/4), dengan seluruh indeks utama bergerak menguat signifikan. Indeks S&P 500 memimpin kenaikan dengan lonjakan sebesar 2,03%, diikuti oleh Nasdaq Composite yang melesat 2,74%, dan Dow Jones Industrial Average yang naik 1,23%. Sentimen positif ini terutama didorong oleh penguatan harga saham sejumlah raksasa teknologi yang mendominasi pasar.
Saham-saham teknologi seperti Nvidia, Meta (sebelumnya Facebook), Amazon, Tesla, dan Microsoft, semuanya mencatatkan kinerja yang solid dan menjadi motor penggerak kenaikan indeks. Penguatan ini terjadi setelah sebelumnya sektor teknologi sempat mengalami tekanan akibat kekhawatiran pasar terhadap potensi eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Sikap agresif pemerintah AS terhadap isu perdagangan dengan Tiongkok menjadi salah satu faktor yang membebani sentimen investor terhadap saham-saham teknologi yang memiliki eksposur signifikan terhadap pasar China.
Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, muncul sinyalemen kontradiktif terkait prospek negosiasi dagang AS-China. Kementerian Perdagangan China melalui juru bicaranya, He Yadong, mengeluarkan pernyataan tegas yang membantah adanya negosiasi dagang bilateral yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat.
Ia bahkan menyebut seluruh kabar mengenai kemajuan dalam pembicaraan kedua negara sebagai informasi yang ‘tidak dapat dipercaya’ dan mendesak AS untuk segera membatalkan seluruh tarif impor sepihak yang telah diberlakukan terhadap produk-produk Tiongkok.
Pernyataan keras dari pihak China ini bertolak belakang dengan retorika yang sempat dilontarkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya, yang mengisyaratkan kesediaan untuk kembali membuka dialog dengan Beijing terkait isu perdagangan.
Selain itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga sempat memberikan angin segar kepada pasar dengan menyebutkan adanya peluang untuk tercapainya kesepakatan dagang yang lebih komprehensif antara kedua negara. Saat ini, tarif impor AS terhadap berbagai produk asal China tercatat mencapai 145%, sebuah angka yang signifikan dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Di tengah ketidakpastian dan keraguan terhadap kelanjutan negosiasi dagang dengan China, kabar positif justru datang dari kawasan Asia Timur lainnya.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengindikasikan kemungkinan tercapainya 'kesepahaman dagang' dengan Korea Selatan dalam waktu dekat, paling cepat pada pekan depan. Prospek kesepakatan dagang dengan Korea Selatan ini memberikan harapan baru bagi pasar dan berpotensi meredakan sebagian kekhawatiran terkait isu perdagangan global.
Baca Juga: Ada Kabar Baik dari BRI Hari Ini, Singgung Rp31,40 Triliun
Bursa Asia Pasifik Bergerak Variatif Mengikuti Sentimen Wall Street
Pergerakan positif di Wall Street pada Kamis (24/4/2025) kemarin memberikan dampak yang beragam terhadap pasar saham di kawasan Asia Pasifik pada perdagangan hari ini. Secara umum, sentimen positif dari Wall Street, yang didorong oleh meredanya sebagian kekhawatiran akan perang dagang AS-China, turut mempengaruhi optimisme investor di Asia.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 0,49%, dan indeks Topix juga menguat sebesar 0,32%. Sementara itu, pasar saham Korea Selatan menunjukkan kinerja yang lebih lemah, dengan indeks Kospi terkoreksi tipis sebesar 0,13%, sedangkan indeks Kosdaq bergerak cenderung datar.
Australia mencatatkan kinerja yang positif dengan indeks S&P/ASX 200 naik sebesar 0,60%. Sebaliknya, bursa saham Taiwan mengalami tekanan jual dengan indeks Taiex melemah sebesar 0,82%. Di kawasan Hong Kong, indeks Hang Seng juga tercatat turun sebesar 0,74%. Sementara itu, bursa saham China menunjukkan pergerakan yang minim dengan indeks Shanghai Composite naik tipis sebesar 0,03%.
Selain sentimen global, data ekonomi regional juga turut mempengaruhi pergerakan pasar di Asia Pasifik. Data terbaru dari Korea Selatan menunjukkan adanya kontraksi produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,1% pada kuartal pertama tahun 2025. Angka ini meleset dari ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan adanya pertumbuhan sebesar 0,1%. Data ekonomi yang kurang menggembirakan ini menjadi salah satu faktor yang menahan laju kenaikan bursa saham Korea Selatan.
Prospek IHSG Hari Ini
Berita Terkait
-
Garudafood (GOOD) Tebar Dividen Rp350 Miliar ke Pemegang Saham
-
IHSG Akhirnya Terkoreksi di Akhir Perdagangan Hari Ini, Setelah Lama Nyaman di Zona Hijau
-
2 Respon Presiden Prabowo Subianto Terhadap Tekanan Pasar Saham
-
IHSG Terbang Tinggi di Pembukaan Perdagangan, Saham-Saham Ini Jadi Motor Penggeraknya
-
IHSG Terus-terusan Bisa Melaju Naik di Perdagangan Kamis, Cermati Saham-saham Ini
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025