Suara.com - Amerika Serikat nampaknya terus mengalami tekanan ekonomi imbas perang tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Apalagi, klaim pengangguran makin meningkat di awal tahun 2025 hingga sekarang.
Klaim pengangguran awal membukukan peningkatan tak terduga minggu lalu sebagai tanda potensi masalah bagi ekonomi AS yang sedang goyah. Sebanyak 241 ribu orang sudah menjadi pengangguran dan melakukan pengajuan asuransi untuk kebutuhan sehari-hari.
Dilansir CNBC Interantional, pengangguran pertama kali mencapai 241.000 ribu ini naik 18.000 dari periode sebelumnya dan lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebesar 225.000. Hal ini berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja. Ini adalah total tertinggi sejak 22 Februari.
Klaim berkelanjutan, yang tertinggal seminggu dan memberikan gambaran yang lebih luas tentang tren PHK, naik menjadi 1,92 juta, naik 83.000 ke level tertinggi sejak 13 November 2021. Sebagian besar kenaikan tampaknya berasal dari satu negara bagian yakni New York, di mana klaim meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 30.043, menurut data yang tidak disesuaikan.
Peningkatan tersebut mungkin disebabkan oleh reses musim semi di sekolah umum New York. Menurut Sam Tombs, kepala ekonom AS di Pantheon Macroeconomics meramal pengangguran bakal terus meningkat dikarenakan sedikitnya lowongan kerja.
" Penurunan indikator perekrutan dan pemecatan yang paling tepat waktu selama beberapa minggu terakhir menunjukkan bahwa klaim pengangguran akan meningkat selama beberapa minggu mendatang," kata Tombs dalam sebuah catatan.
Distrik Columbia, yang mengalami peningkatan tajam awal tahun ini di tengah upaya Presiden Donald Trump untuk mengurangi gaji pegawai pemerintah federal, mengalami peningkatan moderat minggu lalu.
Laporan tersebut muncul di tengah beberapa tanda masalah bagi perekonomian, meskipun pasar tenaga kerja tetap stabil.
Dalam rilisnya pada hari Rabu, Departemen Perdagangan mengatakan produk domestik bruto turun pada tingkat tahunan 0,3% pada kuartal pertama, kontraksi pertama dalam tiga tahun. Sebagian besar penurunan didorong oleh lonjakan impor menjelang tarif Trump yang diumumkan pada awal April, meskipun belanja konsumen menurun dan penarikan pengeluaran pemerintah juga berkontribusi terhadap penurunan tersebut.
Meskipun terjadi peningkatan klaim, tren jangka panjang tetap utuh. Rata-rata pergerakan empat minggu naik 5.500 menjadi 226.000, sebagian besar sejalan dengan tren terkini. Departemen Tenaga Kerja pada hari Jumat akan merilis total gaji nonpertanian untuk bulan April, dengan para ekonom memperkirakan kenaikan sebesar 133.000.
Baca Juga: 5 Negara yang Punya Gaji Tinggi, Ada Mencapai Rp4 Miliar
Sebagai informasi,Ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi sebesar 0,3% pada kuartal pertama tahun 2025 seperti dilaporkan Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS pada Rabu (30/4). Ini merupakan penurunan pertama sejak kuartal I tahun 2022. Padahal, ekonomi AS mengalami pertumbuhan 2,4% pada kuartal sebelumnya dan berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 0,3%, menurut estimasi awal.
Lonjakan impor sebesar 41,3% berkontribusi terhadap perlambatan tersebut karena para pelaku bisnis dan konsumen bergegas menimbun barang untuk mengantisipasi biaya yang lebih tinggi menyusul serangkaian pengumuman tarif impor oleh pemerintahan Trump.
Pertumbuhan belanja konsumen juga melambat menjadi 1,8%, laju paling lambat sejak Q2 2023, sementara belanja pemerintah federal turun 5,1%, penurunan paling tajam sejak Q1 2022. Sebaliknya, investasi tetap melonjak 7,8%, yang merupakan lonjakan terbesar sejak Q2 2023. Tentunya data ini menunjukkan bahwa ekonomi Amerika memang sedang merosot imbas dari perang tarif yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
Apalagi, peneliti senior nonresiden di Peterson Institute for International Economics, Gary Clyde Hufbauer, mengungkapkan, terkontraksinya ekonomi AS ini terjadi karena tarif menciptakan ketidakpastian yang sangat besar di kalangan CEO. Kondisi itu membuat ia memperkirakan AS bakal terkena resesi ekonomi di semester kedua 2025
Berita Terkait
-
Program Belanja 2025 Tembus Transaksi Rp272 Triliun
-
SPPG Turut Berkontribusi pada Perputaran Ekonomi Lokal
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Capai 3% Buntut Penurunan Suku Bunga The Fed
-
Pemerintah Bidik Gig Economy Jadi Mesin Ketiga Pendorong Ekonomi Nasional
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok