Suara.com - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Jumat 23 Mei 2025 sore ditutup perkasa. Kondisi tersebut didorong dengan adanya sentimen kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) dan negosiasi nuklir antara Iran dan negara adidaya tersebut.
Pada perdagangan Jumat sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 110 point sebelumnya sempat menguat 115 point di level Rp 16.217 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.327.
Sebelumnya pada Jumat siang, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di level Rp 16.302 per dolar Amerika Serikat (AS).
Keadaan terebut menunjukan penguatan rupiah 0,16 persen dibanding penutupan pada hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.328 per dolar AS.
Pergerakan rupiah tersebut sejalan dengan kenaikan mayoritas mata uang di Kawasan Asia terhadap Dolar AS.
Tercatat hingga jam 12.03 WIB, hanya dolar Hongkong yang melemah terhadap the greenback setelah turun 0,06 persen.
Sementara itu Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,59 persen.
Sedangkan, Ringgit Malaysia melesat 0,58 persen dan Baht Thailand ikut terkerek 0,51 persen.
Adapun, mata uang Yen Jepang naik 0,37 persen.
Baca Juga: Airlangga: RI Berpotensi Raup Devisa 8 Miliar Dolar AS dari Transaksi QRIS Jemaah Haji
Kemudian, Peso Filipina dan Dolar Singapura yang masing-masing terangkat 0,34 persen dan 0,28 persen.
Diikuti, Rupee India yang menanjak 0,19 persen dan Dolar Taiwan yang naik 0,13 persen. Selain itu, ada Yuan China menguat 0,07 persen.
Pemotongan Pajak Trump
Sementara itu, Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa DPR AS telah menyetui RUU pemotongan pajak Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara tipis pada Kamis 22 Mei 2025 lalu.
Dalam RUU itu, Donald Trump kemudian memutuskan untuk menetapkan kebijakan mulai dari pemotongan pajak yang substansial, peningkatan pendanaan militer dan penegakan hukum perbatasan, dan pengurangan signifikan terhadap insentif energi hijau dan program sosial.
"Menurut Congressional Budget Office, RUU tersebut diproyeksikan akan menambah sekitar USD3,8 triliun pada utang nasional selama dekade berikutnya. Hal ini menyusul penurunan peringkat kredit negara bagian AS dari AAA menjadi Aa1 oleh Moody's baru-baru ini, dengan alasan meningkatnya tingkat utang," ujarnya dalam keterangan tertulis pada Jumat 23 Mei 2025.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
Serapan Baru 70 Persen, Belanja Pemerintah Dikebut di 1 Bulan Terakhir 2025
-
Kuota LPG 3Kg Ditambah 350.000 Ton Tanpa Anggaran Baru
-
BI dan Kementerian Investasi Integrasikan Layanan Perizinan
-
CEO Danantara Sebut Merger GOTO dan Grab Masih Berjalan: Sinyalnya Positif
-
Forum Ekonomi KB Bank Hadirkan Tokoh Nasional Bahas Arah Ekonomi dan Investasi Jelang 2026
-
Waduh, NIlai Tukar Rupiah Diramal Tembus Rp16.800 di Akhir Tahun
-
Airlangga Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,6 Persen, Kalah Optimistis dari Purbaya
-
IHSG Melempem di Akhir Perdagangan Hari Ini Setelah Cetak Rekor, Apa Pemicunya
-
Purbaya Sebut Ekonomi RI Lambat 8 Bulan Pertama 2025 karena Salah Urus, Sindir Sri Mulyani?
-
Harga Cabai Naik Tajam Jelang Libur Nataru