Suara.com - Tahun 2025 masih menghadirkan tantangan bagi perekonomian global. Ketegangan geopolitik yang berkepanjangan, penyesuaian suku bunga oleh bank sentral dunia, serta volatilitas pasar yang tinggi akibat tekanan inflasi dan krisis energi global telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan. Dalam situasi seperti ini, para investor, baik individu maupun institusional menjadi semakin berhati-hati dan selektif dalam menentukan arah investasinya.
Menanggapi dinamika ini, obligasi, emas, dan reksa dana muncul sebagai tiga pilar utama dalam strategi diversifikasi yang dinilai aman namun tetap berpotensi memberikan imbal hasil menarik. Ketiganya kini menjadi pilihan populer yang menawarkan keseimbangan antara keamanan, likuiditas, dan potensi pertumbuhan.
Obligasi: Stabil dan Terukur di Tengah Volatilitas
Instrumen obligasi, khususnya Surat Berharga Negara (SBN) dan obligasi korporasi dari emiten berperingkat tinggi, menjadi favorit utama karena menawarkan kestabilan imbal hasil dan perlindungan dari fluktuasi tajam pasar saham. Pemerintah Indonesia sendiri terus mendorong partisipasi publik melalui penerbitan SBN ritel seperti ORI dan Sukuk Tabungan yang dapat diakses secara digital.
"Kalau saya lihat, dari yang lanjut usia, yang paling muda bahkan hingga yang baru pertama kali investasi pun kebanyakan mereka sudah masuk di obligasi," tutur Head of Investment Product & Advisory PT Bank DBS Indonesia, Djoko Soelistyo dalam media group discussion "DBS Treasures: Trusted Partner for Global Wealth" di Jakarta, Kamis, (19/6/2025).
Dengan tingkat risiko yang relatif rendah, serta adanya insentif pajak dan akses mudah secara online, tren investasi di obligasi diprediksi masihakan terus meningkat sepanjang 2025.
"Jadi itu yang membuat banyak investor tertarik di obligasi," imbuhnya.
Emas: Safe Haven Klasik yang Kembali Bersinar
Di saat gejolak ekonomi dan politik meningkat, emas kembali mengukuhkan posisinya sebagai aset safe haven. Harga emas global mencatat tren penguatan sejak awal tahun 2024 dan diperkirakan tetap stabil tinggi seiring meningkatnya permintaan dari investor institusi dan bank sentral di berbagai negara.
Baca Juga: Investasi Properti, MDLN Groundbreaking Tipe Baru dan Serahkan Ratusan Unit
“Untuk emas sendiri kan memang sudah dikenal yah di Indonesia, kita lihat beberapa waktu lalu orang antre panjang untuk membeli emas," ujarnya.
Kehadiran emas digital kini turut mempermudah investor muda dan ritel dalam mengakses logam mulia ini dengan modal yang jauh lebih terjangkau. Platform investasi modern juga menawarkan fitur tabungan emas yang fleksibel, dapat dimulai dari nominal kecil dan dapat dicairkan kapan pun.
Reksa Dana: Diversifikasi Cerdas dan Terjangkau
Reksa dana tetap menjadi solusi favorit bagi investor pemula hingga berpengalaman yang ingin mengelola portofolio tanpa harus memantau pasar setiap hari. Dengan pilihan mulai dari pasar uang, pendapatan tetap, campuran hingga saham, reksa dana memungkinkan diversifikasi secara otomatis dengan risiko terukur.
“Reksa dana menjadi solusi praktis untuk investor yang ingin tetap produktif tanpa kehilangan peluang investasi. Manajer investasi profesional memberikan ketenangan dan efisiensi dalam pengelolaan dana,” imbuhnya.
Kinerja reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang cenderung positif pada 2025 karena strategi konservatif dan pemilihan instrumen berbasis obligasi yang mendominasi portofolionya. Peningkatan edukasi dan kemudahan berinvestasi lewat aplikasi digital juga berperan besar dalam memperluas akses masyarakat terhadap reksa dana.
Berita Terkait
-
Dulu Kawasan Ini Bandara Internasional Pertama RI, Kini Miliki Aset Rp656 Triliun
-
Pentingnya Perempuan Mengelola Keuangan di Tengah Kondisi Ekonomi Global
-
Swancity Telah Genlontorkan Investasi Rp 1,2 Triliun Bangun Kawasan Hunian
-
Sucor AM Tumbuhkan Investasi Sosial, Rp 9,41 Miliar Disalurkan Lewat Program Anak Pintar
-
Bos Danantara Ungkap Ideal Return Investasi di RI: Minimal 10%
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya