Suara.com - Prabowo Subianto banyak mengubah kebijakan ekonomi nasional setelah menjadi Presiden RI. Banyak yang menilai visi perekonomiannya condong ke arah Sosialisme.
Penilaian ini bukan tanpa dasar, melainkan bersumber dari pemikiran yang ia tuangkan sendiri dalam bukunya, 'Paradoks Indonesia'.
Lantas, benarkah seorang mantan jenderal dengan latar belakang militer yang kental ingin menerapkan sosialisme di Indonesia?
Apa sebenarnya isi buku tersebut dan bagaimana kita harus menafsirkan Sosialisme ala Prabowo? Mari kita bedah lebih dalam.
Memahami Paradoks Indonesia
Buku Paradoks Indonesia, yang pertama kali terbit pada 2017, merupakan inti dari kegelisahan dan visi ekonomi Prabowo.
Paradoks yang dimaksud adalah sebuah ironi besar: Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam, namun sebagian besar rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan atau belum sejahtera.
Dalam bukunya, Prabowo menyoroti beberapa fakta yang menurutnya mengkhawatirkan.
Pertama, ketimpangan ekstrem. Menurut Prabowo dalam bukunya, kekayaan Indonesia hanya dinikmati oleh segelintir elite.
Baca Juga: Peringkat Daya Saing RI Anjlok 13 Peringkat! Perang Tarif dan Pengangguran jadi Biang Keroknya
Prabowo menyebut bahwa 1 persen populasi terkaya menguasai hampir setengah kekayaan nasional.
Kedua, kekayaan lari ke luar negeri. Ia mengklaim ada ribuan triliun rupiah milik orang dan perusahaan Indonesia yang 'parkir' di luar negeri, jumlah yang jauh lebih besar dari APBN.
Ketiga, sistem ekonomi yang keliru. Menurut Prabowo, setelah era Reformasi 1998, Indonesia meninggalkan jati dirinya dengan mengadopsi sistem ekonomi yang tidak sesuai dengan amanat Pasal 33 UUD 1945.
Intinya, Prabowo melihat sistem ekonomi yang berjalan saat ini telah gagal menyejahterakan rakyat banyak dan justru melanggengkan kekuasaan oligarki.
Kutipan Kunci: Jalan Tengah antara Kapitalisme dan Sosialisme
Di sinilah letak perdebatan utamanya. Untuk memahami gagasannya, penting untuk melihat langsung bagaimana Prabowo merumuskan pemikirannya.
Berita Terkait
-
Peringkat Daya Saing RI Anjlok 13 Peringkat! Perang Tarif dan Pengangguran jadi Biang Keroknya
-
Sudah Tidak Efektif, Prabowo Bubarkan Satgas Saber Pungli
-
Mulan Jameela Muntab saat G7 Dukung Israel, Puji Presiden Prabowo yang Pilih Melawat ke Rusia
-
Keputusan Prabowo Soal 4 Pulau Aceh Baru Permulaan, Tapi Pembuka Kotak Pandora Sengketa Wilayah
-
Gus Ipul Harap Prabowo Beri Arahan Khusus kepada 4 Ribu Tenaga Pendidik Sekolah Rakyat
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Ignasius Jonan 2 Jam Bertemu Prabowo, Bahas Proyek Kereta Cepat Bareng AHY?
-
Jadwal Pembagian Dividen AVIA, Tembus Rp 600 Miliar untuk Pemegang Saham
-
BRI Peduli dan YBM BRILian Salurkan Bantuan Tanggap Darurat Banjir Sukabumi
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Menkeu Purbaya Sebut Krisis China Tak Mungkin, Singgung Sistem Komunis
-
Menkeu Purbaya Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Tembus 5,5 Persen
-
Produsen Vaksin Global Bakal Gunakan AI Demi Hadapi Pandemi Berikutnya
-
Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Api Persatuan Indonesia
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi