- Domino's Pizza Enterprises melaporkan kerugian tahunan
- Jaringan pizza ini menutup 233 toko
- Catatan keuangan Domino's Pizza Enterprises
Suara.com - Domino's Pizza Enterprises melaporkan kerugian tahunan perdananya usai melantai di bursa.
Hal ini menunjukkan penurunan tertajam dalam hampir dua bulan di Australia.
Domino's Pizza Enterprises (DMP), operator waralaba utama terbesar merek tersebut di luar Amerika Serikat, melaporkan kerugian tahunan sebesar 2,40 juta dolar AS atau sekitar Rp 39 miliar.
Apalagi, awal tahun ini membuat operator jaringan pizza ini menutup 233 toko yang merugi di negara Asia Timur tersebut.
Dilansir BBC, Rabu (27/8/2025), operator jaringan pizza ini juga memperingatkan awal tahun keuangan baru yang suram, dengan penjualan turun 0,9 persen dalam tujuh minggu pertama.
Hal ini sangat kontras dengan ekspektasi pertumbuhan sebesar 3,1 persen dalam enam bulan pertama tahun ini.
Tentunya ini membuat Domino terpukul keras oleh kinerja yang terus melemah di beberapa dua pasar utamanya.
Salah satunya Jepang dan Prancis, dengan penutupan toko di Prancis berdampak signifikan pada laba bersihnya.
Selain itu, melemahnya permintaan pascapandemi dan meningkatnya biaya input di Jepang semakin menekan laba di salah satu pasar terbesarnya.
Baca Juga: GOTO Masih Dililit Kerugian, Tapi Masih Ada Kabar Baik
Menurut situs web perusahaan, Domino's saat ini mengoperasikan 773 toko di Jepang dan 435 gerai di Prancis.
"Prancis terus jauh di bawah ekspektasi tahun ini, dengan 32 penutupan toko, penjualan yang lebih rendah, dan tekanan margin di seluruh jaringan," tegas perusahaan tersebut.
Sebelumnya, Domino's Pizza resmi mengumumkan rencana penutupan seluruh cabangnya.
Kejadian ini terjadi di Rusia, dimana pemilik franchise tersebut mengumumkan akan menutup semua gerainya di negara dengan julukan beruang merah tersebut pada Senin (21/8/2023).
Seperti dilansir BBC News, DP Eurasia melakukan penutupan seiring makin tidak kondusifnya kondisi di Rusia.
Setelah terjadinya invasi Rusia ke Ukraina, kondisi di negara Rusia makin memburuk dengan banyaknya sanksi ekonomi yang diterima dari negara-negara Barat.
Berita Terkait
-
Murka Ada Beras Oplosan, Prabowo: Kita Sita Penggilingan Padi yang Brengsek!
-
Mentan Amran Geram Temukan Pupuk Palsu: Petani Bisa Langsung Bangkrut!
-
PT Timah Lemah Lawan Tambang Ilegal, BPK Cium Kerugian Negara Rp 33,49 Triliun
-
Rekor Catatan Kerugian Keuangan Garuda Indonesia dari Waktu ke Waktu
-
Starbucks Terus Alami Kerugian, Ini Penyebabnya
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
Terkini
-
Rencana DMO Emas, IMA Ingatkan Pemerintah: Jangan Abaikan Harga Pasar dan Fluktuasi Global!
-
Lewat Akselerasi Ekspor Digital di TEI 2025, Bank Mandiri Perkuat Peran Mitra Strategis Pemerintah
-
Pencairan BPNT Tahap Akhir 2025: Cek Status Penerima Bantuan Oktober 2025
-
Transformasi Tanpa Kehilangan Arah: Kolaborasi Jadi Cara Baru Bisnis Bertahan di Era Digital
-
Rupiah Dibuka Perkasa Lawan Dolar AS, Didorong Sentimen Ini
-
Transisi Energi Tak Hanya Soal Teknologi, Tapi Juga Inklusi dan Keadilan Sosial
-
IHSG Berbalik Arah Pagi Ini, Sektor Saham Ini Jadi Peluang Cuan di Tengah Ketidakpastian Global
-
TEI ke-40 Resmi Dibuka, Hadirkan Keunggulan Produk Indonesia Tanpa Batas
-
Harga Emas Antam Sentuh Rp 2,4 Juta per Gram, Apa Pemicunya?
-
Sebelum 'Spin-Off', BTN Syariah Bukukan Pembiayaan Tumbuh 18,2 Persen Hingga Agustus 2025