Bisnis / Makro
Minggu, 07 September 2025 | 13:05 WIB
Beredar karyawan PT Gudang Garam di PHK massal. [Dok. Antara]

Suara.com - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal karyawan PT Gudang Garam menjadi viral di media sosial. Hal ini menunjukkan sinyal buat ekonomi Indonesia masih belum kuat.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufikurahman, menilai tren PHK ini bisa memberikan dampak serius bagi masyarakat dan pemerintah.

Apalagi, bisa mengurang konsumsi rumah tangga yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi (lebih dari 50% kontribusi) berisiko melemah.

"Jadi, kasus ini lebih tepat dipahami sebagai “warning sign” bahwa target pertumbuhan sangat rentan bila sektor padat karya terus tertekan," katanya saat dihubungi Suara.com, Minggu (7/9/2025).

Dia mengatakan pada level mikroekonomi, PHK jelas menurunkan daya beli rumah tangga terdampak.

Terutama di daerah basis industri tembakau seperti Kediri. Ketika ribuan pekerja kehilangan penghasilan, efeknya berantai ke warung, pasar, transportasi lokal, hingga sektor informal. Ini menciptakan multiplier negatif di wilayah tersebut.

"Jika banyak industri sejenis melakukan efisiensi serupa, maka tekanan pada daya beli bisa makin nyata di skala nasional," jelasnya.

Terlebih PHK yang terjadi pada perusahaan besar membuktikan ekonomi Indonesia masih rapuh.

Suasana PHK Mahal pabrik PT Gudang Garam. [Instagram/pembasmi.kehaluan.reall]

Apalagi, industri rokok dianggap tahan krisis meskipun terjadi guncangan ekonomi.

Baca Juga: Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?

"Namun kacamata ekonomi makro, PHK ini memang menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih rapuh. Industri rokok yang dulu dianggap “tahan krisis” kini tertekan oleh kombinasi kebijakan cukai tinggi, perubahan pola konsumsi masyarakat, dan beban biaya produksi," katanya.

Dia menambahkan, hal ini menandakan bahwa tekanan struktural sedang berlangsung, dan pertumbuhan ekonomi yang tampak stabil di angka 5 persen sebenarnya menyimpan masalah di sektor riil.

"Dengan kata lain, kasus PHK ini adalah cermin bahwa ekonomi nasional belum sepenuhnya pulih dan ketahanan konsumsi rumah tangga sedang diuji," tandasnya.

Load More