-
Investasi bisnis berdampak di Indonesia potensinya semakin terbuka lebar
-
InnoLAB 2025 menampilkan 25 organisasi masyarakat sipil di hadapan investor
-
Diskusi InnoLAB menyoroti pentingnya fondasi bisnis kuat untuk kemandirian
Suara.com - Potensi investasi di sektor bisnis berdampak (impact business) di Indonesia kian terbuka lebar. Hal ini tergambar dalam ajang Innovation Lab 2025 (InnoLAB) yang digelar Re.Search (Platform Usaha Sosial/PLUS) di Ganara Art Space, Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (23/9/2025).
Ajang ini menghadirkan 25 organisasi masyarakat sipil (OMS) dari berbagai daerah yang mempresentasikan prototipe unit bisnis mereka di hadapan mitra eksternal, calon donor, hingga investor.
Rangkaian acara yang berlangsung selama empat bulan ini ditutup dengan Demo Day, yang menjadi magnet tersendiri bagi kalangan investor maupun lembaga pembiayaan sosial.
Dalam sesi Demo Day, OMS peserta InnoLAB mendapatkan tanggapan, pertanyaan, sekaligus masukan konstruktif dari dewan juri yang terdiri dari pelaku industri hingga lembaga keuangan, di antaranya CEO Rumah BUMN Jakarta Nendra Sarina, Head of Legal, Compliance & Risk Director YCAB Ventures Devyta Wijaya, Senior Investment Manager Yayasan KEHATI Mozaika Hendarti, serta Senior Grants Manager Ford Foundation Esther Parapak.
Salah satu peserta, Martino dari Yayasan Palasara Widya Indonesia, mengaku program ini membuka peluang baru bagi pengembangan bisnis sosialnya.
"Melalui program ini saya berkesempatan mengembangkan unit bisnis 25 Jam Kreasi bersama rekan-rekan yang membutuhkan kesempatan kedua untuk kembali berdaya, meskipun menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial," ujarnya seperti dikutip, Kamis (25/9/2025).
Selain pitch bisnis, InnoLAB juga menghadirkan diskusi inspiratif bertajuk 'BERDIKARI: Berani Diversifikasi Pendanaan untuk Kemandirian Organisasi' dengan menghadirkan pakar lintas bidang, termasuk Tri Mumpuni (IBEKA), Bertram Flesch (SukkhaCitta), dan Jaqualine Wijaya (Seraya).
Diskusi ini menyoroti pentingnya fondasi bisnis yang kuat agar mampu mengidentifikasi peluang sekaligus risiko investasi.
"Pelajari terlebih dahulu kebutuhan pelanggan untuk memahami apa yang benar-benar mereka butuhkan, sehingga produk yang ditawarkan dapat menjadi solusi yang tepat. Jangan menunggu hingga sempurna, karena hal itu justru dapat menghambat langkah untuk segera memulai," kata Bertram Flesch, Chief Sustainability Officer SukkhaCitta.
Baca Juga: Pasar K3 Indonesia Dilirik Global, Peluang Bagi industri Lokal untuk Ekspansi
Berita Terkait
Terpopuler
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- Pembangunan Satu Koperasi Merah Putih Butuh Dana Rp 2,5 Miliar, Dari Mana Sumbernya?
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Untung Rugi Redenominasi Rupiah
-
54 SPBU Disanksi dan 3.500 Kendaraan Diblokir Pertamina Akibat Penyelewengan BBM
-
Harga Perak: Turun Tipis Dalam Sepekan, Harga Dunia Menguat
-
Gaji Pensiunan ASN, TNI Dan Polri Taspen Naik Tahun 2025: Cek Faktanya
-
AADI Tebar Dividen Interim Rp4,17 Triliun, Potensi Rp 536 per Saham: Cek Jadwalnya
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
Harga Emas Stabil di US$ 4.000, Apakah Bisa Tembus Level US$ 5.000?
-
Prediksi Bitcoin: Ada Proyeksi Anjlok US$ 56.000, Analis Yakin Sudah Capai Harga Bottom
-
Bocoran 13 IPO Saham Terbaru, Mayoritas Perusahaan Besar Sektor Energi
-
MEDC Kini Bagian dari OGMP 2.0, Apa Pengaruhnya