Bisnis / Keuangan
Senin, 06 Oktober 2025 | 15:46 WIB
Ilustrasi mata uang Rupiah dan Dolar AS di tempat penukaran uang Dolar. [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah ditutup melemah pada awal pekan ini, mencapai Rp 16.583 per Dolar AS, turun 0,12%.

  • Pelemahan rupiah sejalan dengan tren mata uang di Asia, di mana hampir seluruhnya melemah terhadap Dolar AS.

  • Yen Jepang mengalami pelemahan terdalam di Asia (1,69%), diikuti oleh Peso Filipina (0,82%) dan Dolar Taiwan (0,67%).

Suara.com - Rupiah ditutup melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (6/10/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.17 WIB, rupiah spot ada di level Rp 16.583 per Dolar Amerika Serikat (AS)

Kondisi ini membuat rupiah turun 28 poin atau 0,12 persen terhadap Dolar Amerika Serikat.

Apalagi, mata uang garuda ini belum bisa bangkit dalam pembukaan pada pagi tadi.

Sedangkan kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan posisi rupiah Rp 16.598 per Dolar AS.

Pelemahan pergerakan Rupiah pun sejalan dengan seluruh mata uang di Asia.

Ilustrasi Yen. [Pixabay]

Hal itu terlihat dari Yen Jepang menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ambles 1,69 persen.

Disusul, Peso Filipina yang ditutup anjlok 0,82 persen.

Selanjutnya ada Dolar Taiwan yang juga sudah ditutup turun 0,67 persen dan Won Korea Selatan yang terkoreksi 0,49 persen. Lalu ada Dolar Singapura yang tertekan 0,38 persen.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Demam Lawan Dolar Pada Perdagangan Hari Ini, Sentuh Level Rp 16.591

Berikutnya, Baht Thailand dan Ringgit Malaysia yang terdepresiasi, masing-masing 0,16 persen dan 0,14 persen.

Diikuti, Dolar Hongkong turun 0,008 persen. Kemudian ada Rupee India yang melemah tipis 0,003 persen terhadap the greenback di sore ini.

Sebagai informasi, pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini, Senin (6/10/2025) masih dipengaruhi oleh volatilitas atau pergerakan dari indeks Dolar AS (DXY) yang tengah mengalami penguatan di saat kondisi pemerintahan Negeri Paman Sam masih mengalami penutupan atau government shutdown.

Kinerja dolar juga mendapat dukungan dari perdebatan internal di Bank Sentral AS (The Fed) terkait arah kebijakan suku bunga.

Lanataran, Gubernur The Fed Stephen Miran pada Jumat (3/10/2025) lalu menyatakan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga secara agresif, dengan alasan bahwa kebijakan ekonomi pemerintahan Trump mulai berdampak negatif terhadap momentum pertumbuhan.

Load More