-
Dana asing keluar dari pasar keuangan Indonesia akibat gejolak global
-
Rupiah melemah di Rp16.735 per dolar AS, SBN naik 6,40 persen
-
BI terus perkuat koordinasi, jaga ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Suara.com - Bank Indonesia (BI) mencatat masih ada dana asing yang keluar dari pasar keuangan. Hal ini seiring dengan melemahnya rupiah dan gejolak tekanan ekonomi global.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan, aliran modal keluar terdiri dari jual neto sebesar Rp 2,16 triliun. Rinciannya di pasar SBN dan Rp 5,06 triliun dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta beli neto sebesar Rp 4,51 triliun di pasar saham.
"Berdasarkan data transaksi 22 – 25 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 2,71 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp 2,16 triliun di pasar SBN dan Rp5,06 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta beli neto sebesar Rp 4,51 triliun di pasar saham," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (29/9/2025).
Dia mengatakan selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 51,34 triliun di pasar saham dan Rp 128,85 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp 36,25 triliun di pasar SBN.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," jelas Ramdan.
Lalu, premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia lima tahun per 25 September 2025 sebesar 83,18 basis poin (bps). Angka ini naik dibanding dengan 19 September 2025 sebesar 69,59 bps.
Adapun rupiah ditutup di level Rp16.735 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis, 25 September 2025. Yield SBN 10 tahun naik ke 6,40 persen. Indeks Dolar (DXY) menguat ke level 98,55, sedangkan Yield US Treasury (UST) Note 10 tahun naik ke level 4,170 persen.
Pada Jumat pagi, 26 September 2025, rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.750 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun naik ke 6,43 persen.
Apalagi, indeks dolar AS yang mengukur dolar AS terhadap mata uang utama siap untuk kenaikan mingguan terbesarnya dalam dua bulan setelah angka-angka pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, klaim pengangguran, barang tahan lama dan inventaris grosir melampaui harapan pada perdagangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Kekayaan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya yang Dikabarkan Cerai
-
Merger BUMN Karya Tuntas Awal 2026, BP BUMN Ungkap Update Terkini
-
Target Harga BUMI di Tengah Aksi Jual Saham Jelang Tahun Baru
-
HET Beras Mau Dihapus
-
Dana Jaminan Reklamasi 2025 Tembus Rp35 Triliun, Syarat Wajib Sebelum Operasi!
-
Harga Beras Bakal Makin Murah, Stoknya Melimpah di 2026
-
DJP Blokir 33 Rekening Bank hingga Sita Tanah 10 Hektare ke Konglomerat Penunggak Pajak
-
Emiten TRON Perkuat Bisnis Kendaraan Listrik, Jajaki Pengadaan 2.000 Unit EV
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
DJP Kemenkeu Kantongi Rp 3,6 Triliun dari Konglomerat Penunggak Pajak