- Mantan Menteri ESDM Sudirman Said, menilai saatnya dilakukan koreksi menyeluruh terhadap tata kelola negara.
- Sudirman Said secara blak-blakan menunjuk kelemahan pada moralitas kepemimpinan.
- Publik masih menantikan langkah konkret dari Presiden Prabowo untuk mengatasi berbagai masalah
Suara.com - Mendekati satu tahun masa pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, sorotan tajam datang dari berbagai kalangan.
Mantan Menteri ESDM yang kini menjabat Rektor Universitas Harkat Negeri, Sudirman Said, menilai saatnya dilakukan koreksi menyeluruh terhadap tata kelola negara, menyebut sumber utama kendala pemerintah ada pada fungsi kepemimpinan dan keteladanan moral.
Hal ini disampaikan Sudirman dalam Dialog Forum Warga Negara bertajuk ‘Bisul-Bisul Permasalahan Bangsa, Dimana Akarnya?’ pada Selasa kemarin.
"Satu tahun pertama sudah cukup bagi masyarakat untuk menilai dan menjadi ajang pembelajaran bagi pemerintah dalam menghadapi dinamika politik dan persoalan bangsa," kata Sudirman.
Sudirman Said secara blak-blakan menunjuk kelemahan pada moralitas kepemimpinan sebagai biang keladi rusaknya tata kelola negara.
“Permasalahan utama adalah fungsi kepemimpinan dan keteladanan moralnya. Itulah penyebab pokok mengapa urusan negara remuk di mana-mana,” tegas Sudirman.
Ia menambahkan, publik masih menantikan langkah konkret dari Presiden Prabowo untuk mengatasi berbagai masalah, mulai dari Tim Reformasi Polri yang kontroversial hingga penindakan terhadap mafia minyak dan kasus hukum lainnya. "Tentu ini perlu kepemimpinan moral," ujarnya, menekankan bahwa hanya dengan moral yang baik, negara dapat dibawa ke arah yang lebih baik.
Di kesempatan yang sama, sorotan tajam diarahkan pada praktik korupsi di kalangan pejabat. Chandra M. Hamzah, Wakil Ketua KPK periode 2007–2011, menyoroti maraknya “monetisasi kewenangan”.
Menurut Chandra, korupsi bukan sekadar penyalahgunaan dana, tetapi penggunaan kepentingan publik sebagai aset pribadi. Ia menyebut Indonesia telah merdeka dari kolonialisme, namun belum merdeka dari feodalisme.
Baca Juga: Istana Bantah Kabar Sebut Listyo Sigit Setor Nama Komite Reformasi Polri ke Presiden Prabowo
“Feodalisme dulu didasarkan pada penguasaan tanah, sekarang bentuknya penguasaan terhadap sektor pertanian, pertambangan, dan bahkan haji,” ungkap Chandra. Ia menyimpulkan, untuk memberantas korupsi, feodalisme modern ini yang harus diberantas.
Sementara itu, Shofwan Al Banna dari Universitas Indonesia menyoroti kebijakan luar negeri. Ia melihat adanya pola baru dibandingkan era sebelumnya, namun mengingatkan bahwa bobot kebijakan luar negeri sangat ditentukan oleh kondisi domestik.
“Foreign policy begins at home,” katanya, menegaskan bahwa jika tata kelola domestik berantakan, pernyataan yang kuat di forum internasional tidak akan memiliki dampak yang memadai.
Forum Warga Negara secara keseluruhan menyerukan agar presiden lebih menjiwai penderitaan rakyat, mengembalikan supremasi hukum, dan menampilkan moral leadership yang berpihak pada kepentingan publik, khususnya menanggapi kekhawatiran akan maraknya militerisme di ruang publik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
Terkini
-
Bank-Pindar Mulai Kolaborasi Suntik Akses Kredit ke UMKM Lewat Teknologi Canggih
-
Intip Bahan Baku dan Pembentukan Energi Terbarukan Biomassa, Apa Merusak Lingkungan?
-
Laba BRMS Diprediksi Melejit, Target Harga Saham Meningkat
-
Biaya Haji Turun, OJK Minta Bank Jemput Bola Jaring Nasabah
-
Jaring Investor AS, MedcoEnergi (MEDC) Resmi Diperdagangkan di OTCQX
-
BUMN Dapen Jamin Transparansi Pengelolaan Dana
-
MNC Bank-Nobu Batal Kawin, OJK: Harapannya Tetap Fokus Target Pertumbuhan
-
BRI Manajemen Investasi Catatkan KIK EBA Syariah Perdana di Indonesia
-
Daftar Rincian Diskon Tarif Transportasi untuk Libur Akhir Tahun
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?