- Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menunjukkan sikap tegas dan keengganan untuk melibatkan APBN dalam urusan utang Whoosh.
- Purbaya mengaku senang bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tidak dilibatkan dalam rencana negosiasi restrukturisasi utang proyek tersebut antara pihak Indonesia dan China.
- Sikap Purbaya ini menggarisbawahi posisinya yang konsisten sejak awal yakni persoalan utang Whoosh harus diselesaikan secara mandiri.
Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menunjukkan sikap tegas dan keengganan untuk melibatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam urusan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh).
Purbaya mengaku senang bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tidak dilibatkan dalam rencana negosiasi restrukturisasi utang proyek tersebut antara pihak Indonesia dan China.
"Bagus. Saya nggak ikut kan? Top!" ujar Purbaya dengan nada santai saat ditemui wartawan di Kantor Pusat Kemenkeu, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).
Sikap Purbaya ini menggarisbawahi posisinya yang konsisten sejak awal yakni persoalan utang Whoosh harus diselesaikan secara mandiri oleh para pihak yang terlibat, yaitu melalui skema business to business (B2B).
Purbaya menegaskan, ia sebisa mungkin menjaga agar Kemenkeu tidak perlu turun tangan dalam penyelesaian utang proyek infrastruktur tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan sebelumnya bahwa ia enggan menggunakan APBN untuk menalangi kewajiban utang kereta cepat.
"Sebisa mungkin (Kemenkeu) nggak ikut, biar aja mereka selesaikan business to business. Jadi top!" tambahnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin saat menghadiri rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR pada Agustus 2025 lalu sempat mengakui mega proyek itu memang menjadi bom waktu bagi perseroan.
"Kami dalami juga masalah KCIC, ini bom waktu," tegas Bobby.
Pernyataan ini ia ungkapkan setelah para anggota anggota Parlemen meminta kepadanya roadmap yang sudah direncanakan untuk memulai langkah restrukturisasi utang kereta cepat Whoosh.
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Darmadi Durianto kala itu mengungkapkan, roadmap ini menjadi penting karena utang KAI dalam kurun waktu 2 tahun cukup besar. Apalagi, KAI turut menanggung beban proyek kereta cepat.
Baca Juga: Enggak Butuh APBN, DEN Bidik Bali Jadi Lokasi Family Office
Dalam kurun waktu 6 bulan saja, kata Darmadi, beban keuangan yang ditanggung KAI mencapai Rp 1,2 triliun. "Dari beban KCIC sendiri sudah Rp 950 miliar dikalikan dua. Lalu, kini sudah Rp 4 triliun lebih. 2024 itu Rp 3,1 triliun," tegasnya.
Ia memproyeksikan, pada 2026 utang KAI bisa mencapai Rp 6 triliun. Jika tidak segera diatasi, maka akan membebani anak usaha lainnya yang mana seharusnya mencatat keuntungan malah tenggelam oleh beban bunga utang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
Terkini
-
Cara Cek Status Bantuan Sosial (Bansos) Melalui SIKS-NG
-
Setahun Berdampak: Listrik Desa Hadirkan Terang dan Harapan ke Pelosok Negeri
-
Cara Mengajukan Modal Usaha GrabModal, Didukung OVO Finansial dan AFPI
-
Promo JSM Alfamart dan Indomaret Periode Akhir Oktober 2025: Ada Diskon Popok dan Migor
-
WIFI Gandeng Huawei Indonesia Garap Solusi 5G FWA dan Proyek Jaringan 1.4 GHz
-
Panen Raya di Tengah Kota: BRI Peduli Buktikan Urban Farming Solusi untuk Masa Depan
-
Nasib BBM SPBU Swasta Masih Belum Final, ESDM Sebut BU-Pertamina Masih Negosiasi
-
Enggak Butuh APBN, DEN Bidik Bali Jadi Lokasi Family Office
-
Evaluasi Setahun Prabowo-Gibran: Program MBG Paling Populer dari Sisi Negatif
-
Kerja Sama Strategis Telkom dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Kembangkan Ekosistem AI