-
PMI sering menjadi target scam karena dinilai berpenghasilan besar.
-
Kerugian scam mencapai Rp7,3 triliun dengan banyak modus penipuan.
-
OJK imbau PMI waspada love scam dan pencurian data pinjol.
Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat korban scam atau penipuan online banyak mengincar para Pekerja Migran Indonesia (PMI). Beberapa pelaku mengincar penghasilan hingga uang pensiunan dari PMI.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menyebutkan nilai kerugian dari scam ini mencapai Rp 7,3 triliun. Apalagi, banyak PMI yang terkena scam dikarenakan memiliki uang banyak karena bekerja di luar negeri.
"Orang itu namanya scammer-scammer ya, mas mba semua, melihat PMI itu udah pikirannya uangnya banyak, itu mangsa yang umpuk untuk dilakukan scam. Jadi hati-hati," ujarnya dalam acara Edukasi Keuangan bagi PMI di Puri Ardhya Garini, Jakarta Timur, Senin (10/11/2025).
Dia mencatat banyak modus yang digunakan pelaku dalam menjebak para PMI. Berdasarkan data Satgas Pasti menerima laporan scam domestik 800-1.000 per hari. Penipuan terbanyak berasal dari transaksi belanja online.
Lalu, modus yang mengatasnamakan pihak lain atau kerabat dekat korban. Selain itu, scam mengatasnamakan pinjaman online (pinjol) pun kerap terjadi.
"Penipuan melalui sosial media ini juga hati-hati, yang banyak juga love scam. Ini mungkin nanti kesepian di negara orang, love scam pakai Instagram, TikTok, dan lain-lain. Padahal orang itu fiktif, nggak ada, tapi nanti pura-pura pinjem uang dan sebagainya, ini banyak sekali. Jadi, hati-hati," jelasnya.
Bahkan ada yang mencuri data pribadi dengan mengajukan utang di beberapa pinjaman online (pinjol).
"Pertama katanya dibaikin dulu sama orang-orang Indonesia juga katanya yang tinggal di sana. Kemudian mau nggak Pak mintain tolong, pinjem namamu ya, pinjem idmu ya, padahal itu untuk hutang," bebernya.
Untuk itu, OJK terus memberikan edukasi dan sosialisasi agar publik tidak lagi terjerat modus penipuan tersebut. Kiki pun mewanti-wanti para PMI untuk waspada terhadap indikasi scam tersebut.
Baca Juga: 7 Cara Perbaiki BI Checking (SLIK OJK) Agar Pinjaman Cepat Cair
"Jangan mau ditipu, jangan mau dimintain sama orang yang kita nggak kenal atau mengaku saudara kita, dan lain-lain. Hati-hati, dan ini ada tempat pengaduannya di Indonesia Anti Scam Center. Maupun ke kontak 157 OJK. Ini bisa dilaporkan," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga