Bisnis / Makro
Rabu, 12 November 2025 | 15:15 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pemerintah perlu mewaspadai inflasi pangan di akhir 2025. [Antara]
Baca 10 detik
  • Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pada Oktober 2025, inflasi pangan meningkat menjadi 6,59 persen.
  •  Harga beberapa komoditas bahan pokok termasuk cabai merah dan telur ayam mulai naik.
  • BI memperkirakan pada tahun 2025-2026 mendatang inflasi secara keseluruhan masih akan terjaga rendah dalam sasaran 2,5 persen.

Suara.com - Bank Indonesia (BI) mewaspadai inflasi pangan yang sudah mulai meningkat, yang ditandai dengan naiknya harga-harga bahan makanan dalam beberapa waktu terakhir.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pada Oktober 2025, inflasi pangan meningkat menjadi 6,59 persen. Peningkatan ini terjadi di komoditas bahan pokok seperti cabai merah, dan telur ayam.

"Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana terus menjaga inflasi kelompok volatile food, harga-harga pangan yang bergejolak yang pada beberapa waktu terakhir itu meningkat, yang pada Oktober lalu 6,59 persen terutama karena ada beberapa komoditas bahan pokok termasuk cabai merah, telur ayam yang lain-lain," kata Perry dalam rapat dengan Komisi XI DPR, Rabu (12/11/2025).

Untuk itu, BI bersama pemerintah terus menjaga inflasi agar tetap stabil. Hal ini agar kelompok bahan pokok tidak mengalami kenaikan yang cukup besar.

"Kondisi ini memerlukan koordinasi lebih lanjut antara BI dan juga pemerintah pusat dan daerah,” bebernya.

Dia memperkirakan pada tahun 2025-2026 mendatang inflasi secara keseluruhan masih akan terjaga rendah dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 perse persen. Demikian, juga ekspektasi inflasi yang terjangkar, dan juga inflasi impor yang terkendali.

"Tentu saja terkendalinya inflasi itu memerlukan koordinasi yang lebih erat di tim pengendalian inflasi baik pusat, daerah dan implementasi dari gerakan nasional pengendalian inflasi pangan," imbuhnya

Dia pun menambahkan tahun ini inflasi dunia diperkirakan 4,3 persen dan tahun depan ada turun menjadi 4,1 persen. Kenaikan inflasi inti ini disebabkan oleh gejolak ekonomi dunia yang masih berlanjut.

"Pertumbuhan ekonomi yang melambat dan terutama inflasi yang tinggi ini mempengaruhi bagaimana kecepatan dan waktu penurunan suku bunga kebijakan di berbagai negara," tandasnya.

Baca Juga: Bank Indonesia Siaga Jaga Rupiah, Pelemahan Bersifat Temporer

Load More