- Kementerian ESDM mencatat bahwa pemanfaatan energi listrik dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia baru mencapai angka 14,4 persen dari total kapasitas terpasang.
- Dari total pemanfaatan EBT tersebut, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) menjadi kontributor terbesar dengan menyumbang 7 persen dari total bauran energi listrik nasional.
- Ketergantungan listrik nasional masih sangat tinggi pada batu bara, yang mana hingga Oktober 2025 telah memasok sebesar 66,52 persen atau 193,22 TWh produksi listrik.
Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pemanfaatan energi listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) masih minim. Tercatat, listrik yang bersumber dari EBT baru mencapai 14,4 persen.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Tri Winarno merinci dari 14,4 persen pemanfaatan EBT didominasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 7 persen, biomassa 3 persen, panas bumi 2,6 persen, tenaga surya 1,3 persen, dan angin 0,1 persen.
Tri mengakui bahwa pemanfaatan EBT itu masih tergolong kecil, jika dibanding dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Namun disebutnya terdapat sejumlah tantangan.
"Dari kapasitas terpasang saat ini sebetulnya 14,4 persen dari EBT, yang memang saya sampaikan tadi masih relatif kecil, bahwa ada cerita sebetulnya yang perjuangan panjang," ujar Tri saat rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (13/11/2025).
PLTA, misalnya, harus dihadapkan dengan durasi pembangunannya yang memakan waktu yang lama. Sementara untuk panas bumi mengandung risiko tinggi saat proses eksplorasi.
Kemudian pembangkit listrik tenaga surya sangat dipengaruhi oleh cuaca, meski pembangunannya tergolong cepat. Lalu pembangkit listrik tenaga bayu sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Oleh karenanya, sumber listrik di Indonesia masih tergantung pada batubara lewat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Tri mengungkap produksi listrik nasional hingga Oktober 2025 telah mencapai 290 Terawatt-hour (TWh), sebanyak 193,22 TWh atau 66,52 persen bersumber dari batubara.
"Apabila kita telusuri tren bulanan dari Januari hingga Oktober, kontribusi batubara relatif tetap mencerminkan peran besar baseload yang selama ini menjadi penopang pasokan listrik nasional," kata Tri.
"Dominasi yang stabil ini juga menjadi mengingat bagi kita bahwa upaya untuk menurunkan intensitas emisi harus terus diperkuat melalui percepatan co-firing biomassa," sambungnya.
Baca Juga: Kekayaan Rilke Jeffri Huwae, Dirjen Gakkum yang Dikritik Menteri Bahlil
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini
-
Kekayaan Rilke Jeffri Huwae, Dirjen Gakkum yang Dikritik Menteri Bahlil
-
COO Danantara Beberkan Alasan Turunnya Penambahan Modal ke Garuda Indonesia Jadi Rp 23,67 T
-
Mulai 2026, DJP Bisa Intip Kantong Isi E-Wallet dan Rupiah Digital Masyarakat
-
HUT ke-45, Brantas Abipraya Tampilkan Beragam Inovasi: Dari Tradisi ke Transformasi
-
Rupiah Kalah dari Semua Mata Uang Asia, Ada Apa dengan Ekonomi RI?