Bisnis / Makro
Jum'at, 14 November 2025 | 09:50 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia
Baca 10 detik
  • Cadangan devisa Indonesia menurun sejak 2024 karena digunakan BI untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah melalui intervensi pasar.

  • Meski cadangan devisa turun, kondisi perbankan dinilai tetap stabil, didukung koordinasi BI dan KSSK.

  • Cadangan devisa Oktober 2025 kembali naik menjadi 149,9 miliar dolar AS, cukup untuk membiayai lebih dari 6 bulan impor dan menjaga ketahanan eksternal

Suara.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa cadangan devisa Indonesia terus terkuras sejak tahun 2024.

Hal ini dikarenakan untuk menjaga nilai tukar Rupiah agar stabil.

"Pada akhir tahun 2024 cadangan devisa kami 155,7 miliar dolar turun menjadi 148,7 miliar Dolar AS antara lain karena untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah," katanya dikutip dalam akun YouTube Komisi XI DPR, Jumat (14/11/2025).

Dia menjelaskan, cadangan devisa yang mulai terkuras ini untuk menjaga nilai tukar Rupiah agar lebih stabil.

Apalagi, BI terus melakukan intervensi di pasar keuangan dalam menjaga Rupiah dari gejolak ketidakpatian ekonomi global.

"Kami perlu jelaskan bahwa stabilisasi nilai tukar Rupiah kami semakin banyak dilakukan melalui non-delivery forward baik di pasar offshore maupun domestic non-delivery forward dan semakin kecil," jelas Pery Warjiyo.

"Itu pada intervensi secara spot atau tunai dan itulah kenapa besarnya intervensi itu tidak selalu kemudian kelihatan dalam penurunan cadangan divisa," tambahnya.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. [Suara.com/Novian]

Dia pun memastikan kondisi perbankan tetap stabil meskipun cadangan devisa berkurang.

Pasalnya, BI bersama Komite Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus menjaga ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Rupiah Kalah dari Semua Mata Uang Asia, Ada Apa dengan Ekonomi RI?

"Meskipun memang cadangan divisa kami itu turun karena intervensi yang secara tunai atau secara spot. Di sistem perbankan secara keseluruhan itu kondisi perbankan itu cukup bagus. Kami terus bersama KSSK mendorong kredit ke sektor rill," jelasnya.

Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2025 tercatat sebesar 149,9 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 2.504 triliun.

Angka ini meningkat dibandingkan posisi pada akhir September 2025 sebesar 148,7 miliar Dolar AS.

Rinciannya, kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerbitan global bond pemerintah.

Selain itu, mengenai penerimaan pajak dan jasa, di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Posisi cadangan devisa akhir Oktober 2025 setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Load More