-
BEI godok kajian mendalam untuk dukung RPP demutualisasi bursa.
-
BEI komparasi model demutualisasi bursa global demi pasar modal optimal.
-
Demutualisasi pisahkan kepemilikan-keanggotaan, perkuat tata kelola BEI.
Suara.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang memasuki babak penentuan dalam sejarah pasar modal Tanah Air. Menanggapi amanat Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) mengenai demutualisasi, Manajemen BEI kini tengah "mengunci diri" untuk menyusun cetak biru perubahan struktural besar-besaran tersebut.
Demutualisasi adalah proses krusial yang akan mengubah wajah BEI dari bursa yang kepemilikannya dipegang oleh para anggota bursa (mutual) menjadi perseroan terbatas dengan kepemilikan yang lebih terbuka dan profesional.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, memastikan bahwa bursa tidak akan gegabah. Pihaknya sedang menyusun kajian mendalam dan komprehensif untuk memastikan transisi ini berjalan mulus dan efektif.
“Terkait RPP tentang demutualisasi bursa efek, masih proses penyusunan kajian untuk mendukung RPP tersebut, termasuk hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat demutualisasi berlaku efektif,” ujar Nyoman dalam keterangannya, Senin (24/11/2025).
Langkah paling strategis yang dilakukan BEI adalah tidak hanya berkutat pada kajian internal. Mereka secara aktif melakukan benchmarking ke pasar modal global. Sejumlah model demutualisasi yang diterapkan bursa-bursa sukses di berbagai negara tengah dianalisis untuk menemukan formulasi yang paling ciamik dan sesuai dengan karakteristik unik pasar modal Indonesia.
“Kami sedang melakukan diskusi dan komparasi beberapa model bentuk demutualisasi yang diterapkan di beberapa bursa global yang optimal bagi pasar modal Indonesia,” kata Nyoman.
Komparasi ini penting, mengingat negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan India telah lebih dulu bertransformasi. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa demutualisasi mampu memperkuat tata kelola, meningkatkan profesionalisme, dan membuka ruang bagi pengembangan instrumen pasar modal yang lebih modern, mulai dari derivatif hingga pembiayaan transisi energi.
Dari sisi pemerintah, perubahan ini adalah kunci untuk mengurangi potensi benturan kepentingan. Direktur Jenderal Stabilitas dan Pengembangan Sektor Keuangan Kementerian Keuangan, Masyita Crystallin, menjelaskan bahwa pemisahan tegas antara kepemilikan dan keanggotaan akan menjadi fondasi tata kelola yang lebih kuat.
“Demutualisasi akan membuka kepemilikan BEI bagi pihak selain perusahaan efek dengan memisahkan keanggotaan dan kepemilikan. Ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi potensi benturan kepentingan, memperkuat tata kelola, meningkatkan profesionalisme, dan mendorong daya saing global pasar modal Indonesia,” jelas Masyita.
Baca Juga: Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Terbaik untuk Lansia: Fitur Canggih, Keamanan dan Kenyamanan Optimal
- 10 Mobil Mini Bekas 50 Jutaan untuk Anak Muda, Sporty dan Mudah Dikendarai
- 5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah yang Cocok untuk Multitasking dan Berbagai Kebutuhan
- 6 Motor Paling Nyaman untuk Boncengan, Cocok buat Jalan Jauh Maupun Harian
- Jesus Casas dan Timur Kapadze Terancam Didepak dari Bursa Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
Menkeu Purbaya Bisa Intip Kondisi Keuangan Perusahaan Mulai 2027
-
Menteri ESDM Pindahkan Izin Tambang Pasir Kuarsa ke Pemerintah Pusat
-
IHSG Terbang ke Level Tertinggi 8.570, Intip Saham-saham yang Cuan
-
Pesan Menkeu Purbaya ke Gen Z: Jangan Malas, Negara Tunggu Kontribusi Anda
-
Jadi Penyumbang Produksi Terbesar, Kapan Tambang Bawah Tanah Freeport Bisa Operasi Kembali
-
Freeport Pede Setoran ke Negara 2025 Rp 70 Triliun di Tengah Produksi Turun, Kok Bisa?
-
BJA Group Telah Ekspor 530 Ribu Ton Bahan Baku EBT Biomassa Senilai USD 74,12 Juta
-
Zinc Mengandung Bahan Radioaktif Kembali Dicegat di Tanjung Priok
-
IMF Puji Perekonomian Indonesia, Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore
-
SPBU Vivo Kembali Jual Bensin, Harga Revvo 92 Turun