Bisnis / Energi
Senin, 01 Desember 2025 | 12:03 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia [Shutterstock]
Baca 10 detik
  • Harga minyak dunia melonjak Senin 1 Desember 2025 akibat OPEC menahan peningkatan produksi minyak mentah.
  • OPEC mempertahankan pemotongan produksi 3,24 juta barel per hari hingga kuartal pertama 2026.
  • Kenaikan harga juga dipengaruhi ketegangan politik antara AS di bawah Donald Trump terhadap Venezuela.

Suara.com - Harga minyak dunia melonjak hingga 1 persen lebih pada perdagangan Senin 1 Desember 2025.

Kenaikan itu dipicu keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang menegaskan tidak akan meningkatkan produksi minyak mentah karena kekhawatiran kelebihan pasokan pada 2026. 

Mengutip dari Investing.com, harga minyak mentah  minyak mentah Brent berjangka yang berakhir pada bulan Februari naik 1,2 pen menjadi USD 63,13 per barel.

Sedangkan  minyak mentah West Texas Intermediate  (WTI) menjadi menjadi USD 59,27 per barel, naik sebesar 1,2 persen. 

Ilustrasi kilang minyak. [Antara]

Kenaikan harga minyak dunia juga setelah adanya keputusan yang diambil OPEC pada 30 November 2025 yang kembali menegaskan rencana menghentikan peningkatan produksi minyak hingga kuartal pertama tahun 2026.

Selain itu, OPEC juga memutuskan mempertahankan pemotongan produksi sukarela sebesar 3,24 juta barel per hari. 

Keputusan itu menunjukkan sikap kehati-hatian OPEC dalam menghadapi tren permintaan minyak yang tidak merata dan dikhawatirkan menyebabkan kelebihan pasokan pada 2026. 

Sementara, OPEC telah menyepakati mekanisme untuk mengevaluasi kapasitas produksi maksimum anggota pada periode Januari dan September 2026, yang menjadi  dasar untuk menetapkan kuota pda 2027.

"Hal ini tentu saja dapat menimbulkan perselisihan di antara para anggota, karena negara-negara ingin mengamankan nilai dasar yang lebih tinggi," kata analis ING.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil, Investor Pantau Negosiasi Damai Rusia-Ukraina dan Keputusan OPEC

Di sisi lain, pasar juga sedang mempertimbangkan risiko pasokan baru terkait dengan retorika politik Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap Venezuela.

Dalam pernyataannya, Trump mengaku sedang mempertimbangkan menutup wilayah udara di atas negara itu.

"Eskalasi antara AS dan Venezuela ini membuat AS melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang diklaimnya membawa narkoba, sekaligus membangun kehadiran militernya di dekatnya," kata analis ING. 

Load More