- Harga minyak dunia melonjak Senin 1 Desember 2025 akibat OPEC menahan peningkatan produksi minyak mentah.
- OPEC mempertahankan pemotongan produksi 3,24 juta barel per hari hingga kuartal pertama 2026.
- Kenaikan harga juga dipengaruhi ketegangan politik antara AS di bawah Donald Trump terhadap Venezuela.
Suara.com - Harga minyak dunia melonjak hingga 1 persen lebih pada perdagangan Senin 1 Desember 2025.
Kenaikan itu dipicu keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang menegaskan tidak akan meningkatkan produksi minyak mentah karena kekhawatiran kelebihan pasokan pada 2026.
Mengutip dari Investing.com, harga minyak mentah minyak mentah Brent berjangka yang berakhir pada bulan Februari naik 1,2 pen menjadi USD 63,13 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menjadi menjadi USD 59,27 per barel, naik sebesar 1,2 persen.
Kenaikan harga minyak dunia juga setelah adanya keputusan yang diambil OPEC pada 30 November 2025 yang kembali menegaskan rencana menghentikan peningkatan produksi minyak hingga kuartal pertama tahun 2026.
Selain itu, OPEC juga memutuskan mempertahankan pemotongan produksi sukarela sebesar 3,24 juta barel per hari.
Keputusan itu menunjukkan sikap kehati-hatian OPEC dalam menghadapi tren permintaan minyak yang tidak merata dan dikhawatirkan menyebabkan kelebihan pasokan pada 2026.
Sementara, OPEC telah menyepakati mekanisme untuk mengevaluasi kapasitas produksi maksimum anggota pada periode Januari dan September 2026, yang menjadi dasar untuk menetapkan kuota pda 2027.
"Hal ini tentu saja dapat menimbulkan perselisihan di antara para anggota, karena negara-negara ingin mengamankan nilai dasar yang lebih tinggi," kata analis ING.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil, Investor Pantau Negosiasi Damai Rusia-Ukraina dan Keputusan OPEC
Di sisi lain, pasar juga sedang mempertimbangkan risiko pasokan baru terkait dengan retorika politik Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap Venezuela.
Dalam pernyataannya, Trump mengaku sedang mempertimbangkan menutup wilayah udara di atas negara itu.
"Eskalasi antara AS dan Venezuela ini membuat AS melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang diklaimnya membawa narkoba, sekaligus membangun kehadiran militernya di dekatnya," kata analis ING.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
Terkini
-
Akademisi Nilai Aturan Asosiasi Bukan Dasar Kartel Bunga Pindar
-
Tanggap Darurat, PNM Peduli Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Alam di Sumatra
-
3 Bandara Dicabut Status Internasional, Bandara IMIP Jadi Salah Satunya
-
Harga BBM Pertamina hingga Shell 1 Desember 2025
-
Formasi Petugas Kesehatan Haji (PKH) 2026 via daftarin.kemkes.go.id
-
Rencana Dana Pensiunan untuk Atlit dan Pelatih, OJK: Itu Sangat Mungkin
-
Awal Desember, Rupiah Mulai Bangkit Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Lestarikan Budaya Lokal, Batik Siger Terus Berkembang Bersama Pemberdayaan Rumah BUMN BRI
-
Harga Bitcoin Turun ke Level 87.000 Dolar, Analisis Teknikal Didominasi Bearish