Bisnis / Makro
Selasa, 02 Desember 2025 | 14:52 WIB
Ilustrasi menu nasi goreng di MBG. [Ist]
Baca 10 detik
  • Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyebabkan lonjakan signifikan kebutuhan bahan pangan, terutama telur yang mencapai 2.100 ton pada 17 Oktober 2025.
  • Kebutuhan telur diprediksi meningkat hingga 5.000 ton sekali masak seiring target penerima MBG mencapai 82,9 juta orang tahun depan.
  • Program ini menuntut perluasan kapasitas peternakan dan peningkatan pasokan komoditas lain seperti gabah dan pisang secara nasional.

Suara.com - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap program Makan Bergizi Gratis (MBG) membuat kebutuhan bahan pangan meningkat. Salah satunya, kebutuhan telur yang alami lonjakan untuk penyediaan menu MBG.

Momen paling besar terjadi pada 17 Oktober lalu, saat Presiden Prabowo Subianto berulang tahun dan seluruh SPPG diminta memasak nasi goreng dengan telur ceplok.

Instruksi itu membuat permintaan telur melonjak drastis hanya dalam satu hari. Menurut Dadan, peristiwa tersebut sekaligus menjadi gambaran ukuran operasi program MBG yang kini berjalan di seluruh Indonesia.

"Seperti tanggal 17 Oktober kemarin, ketika ulang tahun Pak Presiden, kita meminta agar seluruh SPPG memasak nasi goreng, telur ceplok, maka di tanggal 17 Oktober, kita membutuhkan 2.100 ton telur," ujar Dadan kepada wartawan, dikutip Selasa (2/12/2025).

Ilustrasi penjamah makanan di dapur MBG. [Ist]

Ia mengatakan kebutuhan telur akan melonjak jauh lebih besar seiring peningkatan jumlah penerima manfaat MBG tahun depan. Program ditargetkan menjangkau 82,9 juta orang pada Februari, sehingga permintaan dalam satu kali penyajian nasional bisa mencapai dua kali lipat dari kebutuhan pada 17 Oktober.

"Nah, tahun depan kita butuh 5.000 ton telur sekali masak, ketika kita meminta satu hari seluruhnya makan telur," katanya.

Dadan menilai kondisi tersebut menuntut perluasan kapasitas peternakan nasional. Tanpa penambahan populasi ayam petelur, kebutuhan telur program tidak akan terpenuhi. 

"Jadi minimal, untuk telur saja, kita membutuhkan minimal 6 juta indukan baru, untuk bisa menghasilkan telur, yang satu hari akan membutuhkan 82,9 juta butir telur, atau 5.000 ton telur sekali masak," ucapnya.

Selain telur, berbagai komoditas lain juga memiliki kebutuhan sangat besar dalam penyediaan menu MBG. Untuk bahan pokok utama, satu dapur layanan membutuhkan stok gabah yang signifikan setiap bulan. 

Baca Juga: Sudah Tersedia 30.000 SPPG, Pendaftaran Dapur MBG Resmi Ditutup

"Jadi satu SPPG itu, Bapak-Ibu sekalian, akan membutuhkan 10 ton gabah kering-giling setiap bulan, itu setara dengan 2 hektar lahan," katanya.

Kebutuhan pisang juga tinggi karena menjadi salah satu komponen menu harian. 

"Kemudian akan membutuhkan pisang, satu SPPG satu setengah hektar, karena satu kali masak, satu kali ngasih makan pisang butuh 3.000 pisang, itu artinya 150 sisir, dan itu setara dengan 15 tandan atau 15 pohon," ujar Dadan.

Jika diberikan dua kali sehari, kebutuhan melonjak empat kali lipat dalam satu bulan.  "Jadi kalau dua kali ngasih makan pisang, itu artinya kita butuh 30 pohon pisang sekali ngasih makan, dan bulannya 120 pohon pisang, setahunnya 1.440 pohon pisang, atau setara dengan 1.5 hektar pohon pisang," katanya.

Dadan menambahkan mulai terjadi dampak dari tingginya permintaan pisang tersebut. 

"Dan sekarang Ibu-Ibu, Bapak sekalian mungkin sudah agak susah mencari pisang, karena diborong oleh SPPG-SPPG di seluruh Indonesia, dan tidak heran kalau banyak petani yang sekarang sudah mulai menanam pisang, yang tadinya pisang tidak pernah diperihara," ucapnya.

Load More