- Indeks Wall Street ditutup melemah pada Senin (8/12) karena investor menunggu hasil pertemuan kebijakan moneter.
- Sektor teknologi menunjukkan kinerja positif, ditandai kenaikan Broadcom dan akuisisi Confluent oleh IBM senilai sebelas miliar dolar.
- Bursa Asia bergerak beragam dipengaruhi keputusan bank sentral dan peningkatan ketegangan geopolitik antara Jepang dan China.
Suara.com - Indeks-indeks saham utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Senin (8/12 ata Minggu pagi untuk WIB), dipicu oleh kehati-hatian investor menanti hasil pertemuan kebijakan moneter The Fed yang merupakan pertemuan terakhir di tahun ini.
Pasar global sangat menantikan keputusan suku bunga dan petunjuk mengenai arah kebijakan di masa depan, yang akan disampaikan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell.
S&P 500 turun 0,5%
Nasdaq Composite melemah 0,4%
Dow Jones Industrial Average melemah 0,6%
Optimisme pasar sebelumnya didorong oleh skenario pemangkasan suku bunga, khususnya setelah rilis data inflasi PCE inti September yang menunjukkan angka lebih rendah dari perkiraan.
Namun, jika skenario pemangkasan suku bunga bergeser ke tahun 2026, tekanan terhadap pasar global dapat meningkat, terutama pada paruh pertama (1H26).
Di tengah pelemahan pasar yang cenderung wait and see, sektor teknologi justru mencatat kinerja positif yang menonjol:
Broadcom naik 2% dan mencapai rekor tertinggi, menyusul laporan bahwa Microsoft tengah menjajaki pembuatan chip khusus bersama perusahaan tersebut.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Ngeluh Saham Gorengan, Apa Gebrakan OJK?
Confluent melesat 29% setelah IBM mengumumkan rencana akuisisi senilai US$ 11 miliar, yang diperkirakan rampung pada pertengahan 2026.
Saham Oracle juga naik hampir 1% menjelang rilis laporan keuangan perusahaan yang dijadwalkan pada hari Rabu.
Bursa Asia Mixed Dilingkupi Tensi Geopolitik
Bursa saham Asia menunjukkan pergerakan yang beragam (mixed) pada awal pekan. Para pedagang mencermati serangkaian keputusan bank sentral di berbagai negara, serta prospek aset berisiko tahun depan.
Tensi geopolitik antara China dan Jepang juga menjadi fokus di Asia, terutama setelah adanya insiden di mana pesawat tempur China dilaporkan menargetkan jet militer Jepang dengan radar pengendali tembakan pada akhir pekan lalu.
Nikkei 225 Jepang: Turun 0,05%
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Curhat Disebut Mister Menteri Etanol, Bahlil: Epen kah?
-
BUMN RI Pamer Uang Specimen Bertema IKN, Punya Teknologi Canggih dan Sulit Dipalsukan
-
Revisi UU ASN 2023: Kontrak PPPK Diperpanjang Berdasarkan Faktor Apa Saja?
-
Cek Status Lamaran Magang Hub Batch 3 Kemnaker, Dapatkan Uang Saku Setara UMR
-
Daftar Kementerian dan Instansi CPNS 2026, Diprediksi Bakal Buka Seleksi
-
BRI Sahabat Disabilitas, Dorong Difabel Berdaya Melalui Kegiatan Pelatihan dan Pemagangan
-
Influencer Tak Bisa Sembarangan, OJK: Harus Jujur Jika Endorse Produk Keuangan
-
Pakar Nilai Pengoperasian SPBU Kantong Bisa Tangani Masalah Stok BBM saat Bencana
-
Singgung SPBU Swasta Ogah Beli Base Fuel dari Pertamina, Bahlil: Jadi Aja Tukang Pijit!
-
Rencana Bandara Kertajati Jadi Pusat Bengkel Pesawat Terwujud, Pembangunan Tahap 1 Jalan