Suara.com - Musim penghujan seperti sekarang ini rentan memicu berbagai macam penyakit, salah satunya adalah flu. Tak jarang banyak orang yang mengonsumsi obat flu untuk meredakan gejalanya.
Namun, bagi lelaki yang memiliki masalah pada prostat, sebaiknya jangan sembarangan mengonsumsi obat flu terutama yang mengandung zat antihistamin dan dekongestan.
"Penting bagi laki-laki yang memiliki masalah pada prostat untuk menghindari obat flu yang mengandung zat pseudoefedrin dan fenilefrin," kata Dr Gregory T. Bales, dari University of Chicago Medical Center.
Kedua zat ini, lanjut dia, merupakan bahan dalam dekongestan yang menyebabkan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan (retensi urin). Sedangkan antihistamin tidak begitu buruk karena bekerja pada otot kandung kemih, namun dapat menyebabkan kandung kemih mengalami kontraksi.
Pembesaran pada bagian prostat, secara medis dikenal sebagai hiperplasia prostat jinak (BPH), yang merupakan hasil dari pertumbuhan sel yang meningkat di sekitar kelenjar prostat.
Peningakatan pertumbuhan ini dapat mempersempit bagian uretra (tabung yang membawa urin keluar dari kandung kemih) dan mengurangi aliran urin. Laki-laki dengan gangguan ini sering mengalami kesulitan buang air kecil dan meningkatkan keinginan untuk buang air kecil.
BPH lebih sering dilami kaum lelaki yang lebih tua seiring dengan pertambahan usia.
"Belum diketahui secara pasti penyebab pembesaran pada prostat, ini masih merupakan misteri. Kita berharap bisa segera menemukan agar bisa menjadi tindakan pencegahan. Tak jarang orang dengan kelainan ini harus bangun tiap jam di malam hari," ujar dr. William Catalona, urolog dari Northwestern University's Feinberg School of Medicine di Chicago.
Obat flu yang dihirup, seperti kortikosteroid tidak akan memiliki efek samping yang sama dengan obat yang diminum. Salep mentol merupakan alternatif yang lebih aman untuk dekongestan.
Dr. Bales menambahkan, laki-laki yang mengalami gangguan saat buang air kecil juga sebaiknya segera memeriksakan ke dokter untuk menghindari kemungkinan retensi urin.
"Jika Anda merasakan aliran urin yang melambat dan Anda mengkonsumsi salah satu jenis obat-obatan flu, maka hal ini akan menyebabkan retensi walaupun hanya satu dosis obat," ujarnya.
Cara mendeteksi gangguan pada aliran urin bisa dipantau melalui frekuensi berkemih. Jika seseorang belum buang air kecil dalam enam jam, maka Anda harus segera ke rumah sakit untuk minta dipasangkan kateter sebelum dilakukan tes urin. (Foxnews)
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis