Suara.com - Pal, berhati-hatilah mengonsumsi antibiotik, apalagi jika Anda mengonsumsinya tanpa resep dokter. Pasalnya, penggunaan antibiotik yang tak tepat bisa menyebabkan penyakit kebal terhadap obat tersebut, akibatnya pengobatan menjadi lebih sulit dan risiko kematian pun meningkat.
Hal ini pulalah yang dialami oleh seorang Guru Besar Farmakologi Universitas Indonesia, Prof. DR. dr Rianto Setiabudy. Sebagai pengajar, Rianto berkewajiban memberikan pemahaman mengenai penggunaan antibiotik yang rasional dan benar. Tapi ia sendiri ternyata tak mempraktekkanya dengan benar.
Hingga pada suatu hari, Rianto mengalami keluhan tak beres pada tubuhnya yang ternyata merupakan gejala dari Dengue Shock Syndrome yang disebabkan oleh resisten terhadap banyak obat.
"Saya merasa ada yang tidak beres. Tidak enak badan, tapi seperti ada yang lain. Saya rasa ini bisa diobati dengan paracetamol tidak dengan antibiotik. Ternyata kadar trombosit semakin menurun sehingga harus dirawat di ICU," kata Prof Rianto dalam seminar "Cegah Resistensi Antibiotik Demi Selamatkan Manusia" di Jakarta, Rabu (5/8/2015).
Setelah dirawat di ICU, kondisi Rianto bukannya semakin membaik tapi justru memburuk. Tubuhnya menggigil hingga tempat tidurnya pun ikut bergoyang.
Sampai pada hari ketiga dirawat, Ia bertanya ke dokter tentang presentase harapan hidupnya.
"Berhari-hari saya bertahan hidup dan mati. Harus memakai masker oksigen dan mendapat infus di bagian kaki karena di vena tangan sudah hancur dengan beragam suntikan. Teman sejawat saya yang menangani seperti menyembunyikan sesuatu. Karena kondisi semakin memburuk saya memanggi istri dan memberikan pesan bahwa saya sudah siap untuk pergi," imbuhnya.
Beruntung, Tuhan masih memberikannya kesempatan melanjutkan hidup. Hari keenam dirawat, kondisinya mulai membaik meski trombositnya menurun drastis.
"Hari ke sembilan saya sudah boleh pulang. Multi drug resistance yang saya alami hampir merenggut nyawa saya. Untung ada satu jenis antibiotik yang bisa saya minum," sambungnya.
Riyanto berharap kisah pilu yang hampir merenggut nyawanya bisa mengingatkan orang lain agar tidak sembarangan mengonsumsi antibiotik. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk penanganan penyakit akibat resisten antibiotik.
"Karena saya PNS tentu biaya perawatan saya di cover oleh ASKES tetapi di luar itu saya harus menambahkan biaya hingga 36 juta. Itupun belum termasuk honor para dokter yang tidak meminta bayaran karena masih teman sejawat saya," tutupnya.
Berita Terkait
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Masa Depan Kesehatan Berkelanjutan: Butuh Solusi Lintas Sektor
-
Lele Antibiotik: Amankah Dikonsumsi? Ancaman Resistensi Mengintai!
-
Antibiotik Ganggu Usus? Ini Makanan Pemulihnya
-
Tidak Hanya Ancaman Kesehatan, Kepala BPOM Ingatkan Resistensi Antibiotik Juga Bisa Berdampak Bagi Ekonomi
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar