Suara.com - Nyeri pada tulang belakang kerap membuat penderitanya tak tahan. Salah satu pilihan untuk mengatasi rasa nyeri ini dengan menjalani terapi chiropractic.
Seperti yang dilakukan mendiang Allya Siska Nadia ketika menderita nyeri leher. Ia yang kala itu berencana melanjutkan studi di luar negeri merasa ingin menyembuhkan keluhan di bagian leher yang cukup mengganggu aktivitasnya.
Pilihan pun jatuh pada Klinik Chiropractic First yang berlokasi di Pondok Indah Mall. Oleh terapis asing bernama dr Randall Cafferty, ia diminta menjalani terapi sebanyak dua kali pada awal Agustus 2015.
Usai menjalani terapi, bukan kesembuhan yang dialami, Allya justru merasakan sakit luar biasa di bagian leher dan akhirnya meregang nyawa ke pangkuan illahi.
Dikutip dari laman WebMD, metode pengobatan chiropractic pada dasarnya bertujuan untuk mengoreksi kelainan di bagian tulang belakang. Biasanya chiropractor atau ahli tulang, melakukan tindakan dengan pemijatan secara langsung atau penekanan di bagian yang memerlukan koreksi untuk mengembalikan fungsinya. Namun tindakan tak hati-hati saat memberikan terapi ini bisa memicu stroke.
Menurut American Heart Association, tekanan terlalu besar saat mengoreksi kelainan tulang dan saraf di leher bisa menyebabkan sobekan di dinding arteri atau disebut dengan cervical artery dissection.
Kondisi ini dapat menyebabkan stroke jika ternyata terjadi penyumbatan darah di bagian itu yang kemudian dapat menyebabkan tersumbatnya saluran darah menuju otak.
"Robekan di dinding arteri leher terjadi ketika gerakan yang diberikan mendadak sehingga membuat leher tertarik atau terputar dengan keras," ujar penulis Dr. Jose Biller, kepala bagian neurologi di Loyola University Chicaho Stritch School of Medicine.
Bahkan risiko stroke akibat robekan dinding arteri tak boleh diabaikan terutama pada usia muda dan dewasa muda, terhitung sekitar 8-25 persen kasus stroke terjadi pada usia di bawah 45 tahun.
Biller pun mengimbau kepada para chiropractor untuk tak sembarangan melakukan terapi kepada pasien yang memiliki risiko stroke.
Bahkan secara tegas, American Heart Association mengatakan bahwa terapi chiropractic sebaiknya tidak diberikan pada mereka yang mengidap osteoporosis parah, memiliki gejala mati rasa di beberapa bagiann tangan dan kaki, mengidap kanker tulang, atau memiliki risiko stroke.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
Terkini
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat