Suara.com - Mira Haryati (18) membunuh anaknya sendiri begitu baru lahir. Dia membunuh anaknya lantaran tidak ingin diketahui orangtuanya. Apa setega itu seorang ibu sampai membunuh anaknya?
Pakar Psikologi Efnie Indrianie menganalisa bisa saja itu terjadi. Menurutnya kasus tersebut perlu ditelisik lebih jauh soal latarbelakang si ibu.
Pertama soal status si anak dan pernikahan si ibu.
"Apakah emang pernikahan itu didukung keluarga? Faktor kecelakaan (hamil di luar nikah) atau tidak? Atau mungkin karena pelecehan seksual?" kata Efnie saat berbincang dengan suara.com, Senin (8/2/2016).
Menurut dia, usia perempuan 18 tahun belum mempunyai kesiapan mental untuk mempunyai anak. "18 tahun sudah punya anak, bagaimana kesiapan mentalnya?" kata dia lagi.
Sementara mempunyai anak diusia muda dengan pernikahan resmi pun tidak menjamin akan menghindari kekerasan pada anak dari ibunya. Kata dia, perempuan yang menikah di usia muda masih harus menghadapi adaptasi dan transisi dari remaja akhir menjadi dewasa.
"Di usia 18 tahun ini fase remaja akhir. Di sini dia masih ingin bereksplorasi dan menikmati masa kebersamaan dengan temannya. Jadi begitu mempunyai anak, dia akan depresi dan kaget," kata dia.
Namun ada juga faktor depresi datang dari luar. Misal setelah melahirkan si ibu muda itu masih harus bekerja sekaligus mengurus anak. Selain itu dia merasa takut gemuk. Banyak pakar menyebut ini fase Baby Blues.
"Fase normal Baby Blues ini normalnya 1-3 bulan. Tapi bisa panjang kalau memang depresi karena faktor dari luar. Si ibu bisa stres berat hingga melakukan kekerasan ke bayinya," kata dia.
Menurutnya untuk menangani hal tersebut, si ibu itu harus menjalankan terapi di psikologi klinis. Sebab si ibu sudah masuk dalam kategori stress level tinggi.
"Psikolog biasa belum tentu bisa mengatasi. Sebab ini akumulasi stres yang belum selesai dari perempuan itu," kata Efnie.
Maka itu, untuk menegah perempuan yang menikah stres level tinggi, peran pendidikan diperlukan. Dalam pemberian pengetahuan pelajaran seksualitas perlu diberitahu hal-hal yang akan dihadapi saat menikah.
"Akan lebih efektif kalau di sekolah dijelaskan kondisi mental apa yang diakan hadapi saat menikah dan mempunyai anak," jelas dia.
Tag
Berita Terkait
-
Jamaludin Diculik dan Dibunuh, Para Orangtua di Jakarta Resah
-
Warga Ingin Penculik dan Pembunuh Bocah Jamaludin Dihukum Gantung
-
Kesaksian Warga Melihat Pipi Tembem Jamaludin Sebelum Dibunuh
-
Pembunuhan Bocah di Lubang Buaya, Warga Penasaran Kerjaan Ibu TSK
-
Saat Digrebek, Tetangga Begeng Masih Dengar Jeritan Anak Kecil
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan