Suara.com - Demam berdarah dengue kali pertama muncul di Indonesia pada 1968. Pola cuaca seperti curah hujan, temperatur, dan kelembapan di Indonesia disebut-sebut menciptakan lingkungan yang cocok bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang biak dan menjadi media penularan virus dengue.
Meski telah lama ada di Indonesia, demam berdarah (DB) masih menjadi penyakit yang menimbulkan kematian tak sedikit. Data Kementerian Kesehatan pada 2015 mencatat bahwa ada 1071 kasus kematian dari total 129 ribu kasus DBD.
Angka ini terus mengalami peningkatan sebanyak 17 persen pada September 2016.
Langkah pencegahan yang dilakukan tampaknya tak cukup untuk menekan kasus DBD di Indonesia. Dibutuhkan vaksin untuk mengatasi peningkatan kasus DBD tiap tahunnya.
Tapi kini Anda tak perlu khawatir. Setelah melalui penelitian panjang selama 20 tahun akhirnya tersedia vaksin demam berdarah yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Sanofi Pasteur.
Peneliti utama vaksin dengue, Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro mengatakan bahwa vaksin ini terbukti efektif mencegah timbulnya infeksi demam berdarah sebesar 65.6 persen, menurunkan kasus rawat inap sebanyak 80.8 persen, dan mencegah keparahan dengue berat sebesar 93.2 persen.
"Yang sudah kita teliti vaksin ini aman dan efektif untuk anak usia 9-16 tahun. Untuk dibawah usia tersebut tidak dianjurkan karena penelitian kami menunjukkan bahwa hasilnya tidak konsisten. Kalau nggak konsisten kita nggak berani kasih," ujar dia pada peluncuran Vaksin DBD di Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Masyarakat, menurut Prof. Sri Rezeki, tak perlu khawatir karena efektivitas vaksin didapat melalui uji klinis yang dilakukan di tiga kota di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, dan Denpasar. Responden merupakan anak usia sekolah yang dipantau selama lima tahun sejak 2011 silam.
"Hasilnya memang belum selesai, tapi setelah dua tahun divaksinasi, kita sudah bisa lihat manfaat dan keamanan dari vaksin ini," tambah dia.
Pemberian vaksin DBD, kata Prof. Sri Rezeki, dilakukan sebanyak tiga kali dengan rentang waktu pemberian 6 bulan. Ia mengimbau agar para orangtua mengingat jadwal pemberian vaksin karena mempengaruhi efektivitasnya.
"Suntikan pertama penting sebagai memori, sehingga kalau ketemu virus dengue dia langsung memasang antibodi. Tapi setelah pemberian akan terus menurun sehingga perlu digenjot lagi dengan suntikan kedua dan ketiga. Waktu vaksinasi kedua dan ketiga jangan sampai terlambat," tambahnya.
Joko Murdianto selaku General Manager Sanofi Pasteur Indonesia menambahkan bahwa vaksin ini sudah tersedia di berbagai rumah sakit swasta di Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan