Suara.com - Ada banyak jenis kontrasepsi beredar di pasaran. Namun bagi pasangan suami istri (pasutri) yang baru menikah, penting untuk tahu jenis-jenis kontrasepsi, kelebihan maupun kekurangannya.
Nah, Guru Besar Ilmu Obsteri dan Ginekologi FKUI, Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG(K) mengatakan bahwa kontrasepsi jangka panjang sangat dianjurkan bagi perempuan yang ingin membuat jarak kehamilan relatif lebih panjang.
"Kontrasepsi jangka panjang, peluang hamilnya paling rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, kemungkinannya 1 banding 10.000," ujar Prof Biran pada temu media di Jakarta, Selasa (25/4/2017).
Kontrasepsi jangka panjang sendiri terdiri dari IUD dan implan. Alat kontrasepsi IUD (Intrauterine Device) yang juga dikenal sebagai KB Spiral, merupakan kontrasepsi berbahan dasar plastik yang bentuknya seperti huruf T dan dimasukkan ke dalam rahim.
"Alat ini dapat digunakan selama 10-12 tahun. Cara kerja IUD menyebabkan sperma yang masuk menjadi lemas sehingga tidak bisa membuahi," tambah dia.
Sedangkan alat kontrasepsi implan atau biasa dikenal dengan sebutan susuk atau AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) berupa kapsul tipis yang fleksibel dan elastis dan ditanam di kulit lengan atas perempuan.
"Impan dapat digunakan tiga sampai lima tahun. Cara kerja Implan adalah dengan menekan ovulasi jadi sel telur tidak keluar. Hal ini dapat mengendalikan kehamilan," lanjutnya.
Ia menambahkan, kedua jenis alat kontrasepsi jangka panjang ini sangat aman dan minim efek samping. Pasalnya pemasangan IUD dan implan dilakukan dengan memasukkan alat kontrasepsi ke tubuh perempuan.
"Ditambah lagi, apabila ingin menambah anak tidak perlu menunggu lama setelah melepas IUD dan implan," jelasnya.
Baca Juga: Pesan Nenek Moyang Ini Mengerikan!
Sebaliknya, jika Anda menggunakan alat kontrasepsi suntik dan pil, maka harus menunggu rentang waktu tertentu untuk mendapatkan kehamilan.
"Kalau menggunakan suntik dan ingin menambah anak harus menunggu selama sembilan bulan baru bisa hamil lagi karena efek dari dosis hormon yang tinggi dalam alat kontrasepsi jenis suntik," pungkas Prof Biran.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial