Suara.com - Peristiwa bom di Halte Busway Kampung Melayu tak ayal membuat masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di Jakarta, merasa was-was dan lebih waspada.
Meski merasa takut, banyak masyarakat Indonesia dengan atau tanpa sadar ikut menyebarkan agenda teroris, yaitu menyebarkan kengerian dengan cara mem-posting foto korban pascabom meledak. Padahal, langkah itu menjadi edukasi terorisme untuk anak.
"Guna menghindari dampak dari aksi terorisme hendaknya hindari menyebarkan adegan atau gambar mengerikan tentang kejadian ini. Semakin banyak berita atau adegan tersebut disebar maka kita secara tak langsung tunduk pada keinginan pelaku teror, yaitu meningkatkan paparan terhadap eksistensi pelaku tersebut dan menyebarkan ketakutan," ungkap psikolog dari Klinik Psikologi Pelangi, Irene Raflesia, S.Psi, M.Psi kepada Suara.
Irene juga menghimbau agar orangtua mengikuti panduan yang telah dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai terorisme khususnya bagi anak di bawah usia 12 tahun yang terlanjur mengetahui berita mengerikan tersebut.
"Lalu apa yang harus dilakukan jika anak-anak terlanjur mengetahui berita ini? Kemendikbud telah mengeluarkan panduan bagi orangtua, dan guru melalui media sosial," imbuhnya.
Lebih lanjut, Irena memaparkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengedukasi anak terkait terorisme:
Pertama, cari tahu apa yang dipahami anak. Bahas secara singkat tentang fakta yang sudah terkonfirmasi dan ajarkan anak untuk selalu menghindari spekulasi.
Kedua, hindarkan anak dari televisi atau paparan media sosial, terutama bagi anak di bawah 12 tahun.
Ketiga, identifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Pahami karakter tiap anak unik dan jelaskan bahwa kejahatan ini sangat jarang terjadi namun kita tetap perlu waspada.
Keempat, bantu anak mengungkapkan perasaannya terhadap tragedi yang terjadi. Bila terdapat rasa marah, arahkan pada sasaran yang tepat, yaitu pelaku teror. Sangat penting untuk menghindari prasangka pada identitas golongan yang didasarkan pada prasangka.
Kelima, jalani kegiatan keluarga bersama secara normal untuk memberikan rasa nyaman. Kebersamaan dan komunikasi rutin penting untuk mendukung anak.
Keenam, ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para Polisi, TNI, dan petugas kesehatan yang melindungi, melayani, dan membantu di masa tragedi. Penting untuk mendiskusikan kesigapan dan keberanian mereka daripada membahas tentang kejahatan pelaku teror.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya