Suara.com - Penelitian telah membuktikan manfaat stem cell atau sel punca yang menjadi harapan baru bagi berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, gagal jantung, pengapuran sendi dan masih banyak lagi. Di Indonesia, tindakan stem cell juga telah berhasil diterapkan terhadap 214 pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Dr. dr. Ismail H.D, SpOT(K), selaku Ketua Komite Sel Punca Nasional, mengungkapkan beberapa penyakit yang sudah bisa ditangani dengan metode Stem Cell antara lain jantung koroner, gagal jantung, diabetes, patah tulang gagal sambung, tulang yang hilang karena kecelakaan, osteoarthritis, cedera tulang rawan, spinal cord injury, glukoma, luka bakar, hingga kaki diabetik.
"Penyakit di mana dengan pengobatan konvensional hasilnya tidak memuaskan atau bahkan nol itu bisa diatasi dengan stem cell. Karena sifat stem cell itu sendiri dapat digunakan untuk mengisi dan memperbarui sel jaringan yang rusak," ujar dr Ismail dalam temu media '2nd Open Scientific Meeting' di Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Meski demikian, dia menambahkan, metode stem cell masih belum menjadi standar pelayanan sehingga untuk pembiayaannya masih belum ditanggung BPJS Kesehatan. Alasannya, penggunaan sel punca masih perlu dikaji dan diteliti lebih dalam supaya tetap pada koridor keamanan dan bermanfaat bagi kepentingan manusia.
"Kalau kita uji klinis ada fase 1, 2, 3 dan 4. Fase 1 diuji pada manusia sehat ada nggak efek sampingnya. Kita uji keamanannya bagaimana, efektivitas pengobatannya bagaimana. Sel punca kita lihat dulu efektif atau enggak," jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, Ketua panitia 2nd Open Scientific Meeting mengatakan bahwa di seluruh dunia, penggunaan stem cell untuk pengobatan masih dalam tahap penelitian karena relatif mahal dan tidak ada sponsor.
"Sehingga masing-masing pusat pengembang sel punca masih meneliti terbatas pada hewan," tambah dia.
Untuk memperbarui informasi terkini seputar penggunaan stem cell sebagai pengobatan berbagai penyakit degeneratif, Stem Cell and Tissue Engineering Research Center (SCTE-RC) di FKUI RSCM kembali menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Kedua Sel Punca dan Rekayasa Jaringan.
"Pertemuan ilmiah yang tahun ini diselenggarakan selama tiga hari (9-11 November 2017) akan dihadiri oleh lebih dari 40 pakar sel punca dari Indonesia dan manca negara. Pertemuan ilmiah dibagi menjadi tiga sesi: Simposium Awam, Simposium Ilmiah dan Workshop," ujar dr Ismail.
Simposium Awam akan memberikan gambaran dan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang terapi sel punca dan regulasinya; sedangkan Simposium Ilmiah bertujuan untuk memberikan informasi terkini riset dan penerapan sel punca dan rekayasa jaringan kepada kalangan ilmiah termasuk peneliti, dokter, spesialis dan mahasiswa. Selain itu juga akan diselenggarakan pelatihan mengenai cara isolasi, identifikasi, pengolahan dan penyimpanan sel punca bagi kalangan ilmiah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia