Fase kedua
Fase selanjutnya disebut sebagai fase sub akut, bisa terjadi hingga minggu keenam. Ciri-ciri yang dapat terlihat:
1. Pengelupasan kulit tangan dan kaki, terutama pada ujung-ujung jari
2. Nyeri sendi
3. Diare
4. Muntah
5. Hilangnya nafsu makan
6. Sakit pada bagian abdominal
Pada fase ini, terjadi peningkatan jumlah trombosit di dalam tubuh yang bisa melebihi 1 juta/μL darah (trombositosis) dan perkembangan aneurisme koroner. Jika pada fase ini anak masih tetap demam, risiko komplikasi jantung semakin meningkat. Risiko kematian secara tiba-tiba juga meningkat drastis pada fase ini.
Fase ketiga
Pada fase ketiga yaitu fase penyembuhan, tanda-tanda dan gejala-gejala perlahan mulai menghilang, kecuali jika komplikasi penyakit makin parah. Setelah satu hingga dua bulan sejak demam, muncul garis melintang horizontal pada kuku tangan dan kaki, dikenal sebagai Beau’s lines, akibat adanya penyakit yang mempengaruhi keseluruhan tubuh. Pada fase penyembuhan, ketidaknormalan jantung mungkin masih ada.
Fase kronis
Fase kronis hanya terjadi pada pasien yang mengalami komplikasi jantung yang parah. Hal ini biasanya dapat berlanjut hingga dewasa, mengingat penyumbatan pembuluh darah yang terbentuk pada masa kanak-kanak bisa pecah pada saat dewasa.
Komplikasi lainnya yang mungkin terjadi antara lain adalah inflamasi otot jantung (miokarditis), inflamasi perikardium (perikarditis), detak jantung tidak normal (aritmia), pembesaran ukuran jantung (kardiomegali), hingga gangguan pada katup jantung yang menyebabkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke atrium kiri (regurgitasi mitral).
Pengobatan Penyakit Kawasaki
Semakin cepat penanganan penyakit ini, risiko lanjutan akan berkurang. Jika anak mengalami beberapa gejala seperti yang telah dipaparkan pada bagian gejala di fase satu penyakit ini, orangtua dianjurkan untuk mengunjungi dokter, terutama dokter spesialis anak dan dokter spesialis jantung anak, untuk diagnosis lebih lanjut.
Terdapat dua jenis pengobatan penyakit akibat virus Kawasaki, yaitu menggunakan obat immunoglobulin (IVIG) dan aspirin, yang mana keduanya harus dilakukan berdasarkan persetujuan profesional.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
Terkini
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA