Suara.com - Biopsi atau pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium, kerap dilakukan dokter pada pasien kanker untuk memastikan tingkat keganasan sel kanker. Namun, tak dipungkiri banyak pasien menolak tindakan ini lantaran menganggap biopsi justru bisa memicu pertumbuhan sel kanker. Benarkah anggapan tersebut?
Hal ini dibantah oleh Konsulen Hematologi dan Onkologi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Jeffrey Tenggara, Sp.PD-KHOM. Ia mengatakan bahwa bukan biopsi yang memicu pertumbuhan sel kanker, namun keterlambatan pasien dalam mendeteksi dini adanya perubahan di tubuhnya.
"Untuk menentukan tumor itu jinak atau ganas harus lewat biopsi. Tapi memang ada pasien saya yang habis dibiopsi ambruk, meninggal dalam waktu tiga hari. Ternyata saya ingat, kalau dia harusnya sudah dibiopsi setahun lalu, tapi dibiarkan dan datang lagi setelah satu tahun ketika kankernya memang sudah menyebar," ujar dia.
Menurut dr. Jeffrey, mitos-mitos seperti ini justru membuat pasien terlambat mendapatkan penanganan sesegera mungkin. Padahal, sel kanker umumnya berkembang biak dengan sangat cepat dan tidak boleh ditunda penanganannya. Menghindari tindakan biopsi maka sama saja pasien menunda dilakukan perawatan sesegera mungkin.
"Membawa kanker ganas dalam satu tahun itu sudah tumbuh kankernya. Kalau di dalam tubuh, kanker itu seperti rayap di dalam rumah. Jumlahnya tidak kelipatan satu, tapi 1,8,16,32. Jadi semakin lama semakin banyak itu kanker. Kalau tidak dibiopsi, kita tidak bisa melakukan penanganan karena tidak boleh melakukan treatment apapun kalau tidak dibiopsi," tambah dia.
Oleh karena itu, dr. Jeffrey mengingatkan masyarakat untuk rutin melakukan deteksi dini. Selain itu pastikan untuk tidak mudah terayu oleh anggapan-anggapan seputar pengobatan kanker yang tidak didasari bukti ilmiah.
"Deteksi dini itu penting. Lalu penanganan kanker itu multidisiplin, bisa operasi, bisa kemoterapi, bisa radiasi, atau penggabungan dari beberapa tindakan," tandas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
Terkini
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya