Suara.com - Seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit Johor Bahru, Malaysia kecanduan narkoba akibat stres karena pekerjaannya. Dokter lulusan Rusia berisinial SA (39) itu mulai menggunakan narkoba 9 tahun lalu.
Dilansir dari world of buzz, pria kelahiran Seremban, Malaysia itu dituntut bekerja hingga 48 jam tanpa istirahat yang layak. Untuk mengatasi kelesuannya, SA pun mencoba methamphetamine atau sabu untuk meningkatkan energinya.
Namun, ia justru kecanduan obat tersebut. "Saat itu, saya stres (dari pekerjaan). Saya diperkenalkan dengan methamphetamine dan merupakan penguat yang saya butuhkan untuk jam kerja panjang. Saya hanya menginginkan energi, itu saja," katanya dikutip dari Malay Mail.
Mulanya ia mengira, kapasitasnya sebagai dokter akan bisa membuatnya terhindar dari kencanduan obat tersebut. Namun, ternyata semuanya salah saat obat itu justru menguasai SA.
Saat menyadari, ia tak bisa menjalani kehidupan normal tanpa obat-obatan tersebut, dia pun memeriksakan dirinya ke Rumah Pengasih yang merupakan pusat perawatan kecanduan obat enam tahun lalu.
Namun, ia harus meninggalkan tempat tersebut pada 2017 karena ayahnya sakit. Akibatnya, SA yang belum pulih benar dari kecanduannya, kembali mengonsumsi obat tersebut setelah mengalami depresi dan penghinaan dari kerabatnya.
"Dua bulan lalu, saya kembali ke sini (Rumah Pengasih, -red) karena saya sadar bahwa saya membutuhkan bantuan dan sistem pendukung. Saya masih menjalani perawatan dan observasi untuk memastikan saya tidak kambuh lagi," ujarnya.
SA mengungkapkan, kecanduan methamphetamine membuatnya gampang marah dan suasana hatinya berubah tiba-tiba. Hal ini menyebabkan pernikahannya dibatalkan 20 hari sebelum acara.
Sementara itu, menurut The Star, Ketua Pengasih Ramli Abd Samad mengatakan, narkoba kini tidak lagi digunakan untuk merasa 'terbang' di klub malam, tetapi juga kerap digunakan untuk meningkatkan energi dan kepercayaan diri seseorang.
Baca Juga: Bukan Narkoba atau Alkohol, Kecanduan Hal Ini Lebih Berbahaya
"Ini karena beberapa obat juga dapat meningkatkan konsentrasi dan energi." terangnya.
Ia pun mengatakan, orang yang meminta dukungan dan saran agar keluar dari kencanduan narkoba kurang mendapat dukungan.
"Untuk masalah sosial, seperti depresi dan pelecehan, ada saluran bantuan khusus, tetapi untuk pecandu narkoba, tidak ada sistem pendukung. Mereka (pecandu narkoba, -red) ingin berubah, tetapi tidak ada dukungan kuat dari keluarga dan masyarakat," ungkapnya.
Ia pun berharap, negara bisa secara maksimal membantu para pecandu narkoba agar bisa pulih dari kondisinya.
Berita Terkait
-
Dokter Estetika Korea: Kulit Sehat Jadi Tren Baru Perawatan Kecantikan, Kenapa?
-
Roy Suryo Tunjukkan Kejanggalan 'Mecothot' Ijazah Jokowi: 99,9 Persen Palsu!
-
Selang Urine Tertinggal di Ginjal Pasien, Dokter RS Borromeus Divonis Langgar Disiplin
-
Kenapa Kaki Kram Saat Lari dan Bagaimana Mengatasinya? Ini Kata Dokter Tirta
-
Bantah Penyuka Sejenis, dr Boyke Justru Sorot Pria yang Suka ke Tempat Gym
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?