Suara.com - Brigadir Rangga Tianto tega menembak rekannya sendiri, Bripka Rahmat Efendy setelah keduanya sempat cekcok di Polsek Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Penembakan ini berawal saat Bripka Rahmat sedang mengamankan satu pelaku tawuran berinisial FZ yang ternyata adalah keponakan Brigadir Rangga, pada Kamis (25/7/2019) sekitar pukul 20.30 WIB.
Brigadir Rangga ingin FZ dibina oleh orang tuanya. Namun korban menjawab dengan nada keras jika proses sedang berjalan dan FZ tidak dapat dibebaskan begitu saja lantaran ia membawa sajam berupa celurit.
"Kemudian obrolan itu menjadi obrolan memanas karena Rahmat ingin diproses. Setelah itu kemudian Rangga keluar ruangan SPKT dan ternyata keluar siapkan senjata jenis HS 9, lalu tembakan ke arah tubuh korban," kata Asep di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (26/7/2019).
Insiden ini membuat Bripka Rahmat meninggal di tempat dengan luka pada dada, leher, paha dan perut.
Reaksi kemarahan seperti yang dialami oleh Brigadir Rangga ini diklasifikasikan sebagai 'pertarungan atau pelarian', melansir laman kesehatan dari Universitas Michigan.
Ketika marah, adrenalin dan hormon lainnya dilepaskan ke aliran darah. Kemudian tekanan darah menjadi naik, jantung berdetak lebih cepat, dan pernapasan juga menjadi lebih cepat.
Menurut seorang kriminolog, Scott A. Bonn, Ph.D, memercayai kemarahan yang berawal berakhir kekerasan bisa jadi berakar dari ketakutan.
"Berdasarkan pengalaman saya sebagai kriminolog, saya telah menyimpulkan kemarahan bukanlah emosi utama. Kemarahan adalah emosi atau reaksi sekunder. Saya percaya bahwa ketakutan sebenarnya adalah akar dari semua kejahatan," tulisnya dalam Psychology Today.
Baca Juga: Motif Brigadir Rangga Tembak Mati Bripka RE, Tak Mau Keponakan Ditahan
Mengatakan bahwa kekerasan didorong oleh amarah, dan amarah itu berakar pada ketakutan, tidak berarti mengurangi kesalahan seorang pembunuh yang ketakutan dan marah atau penjahat lain yang terlibat dalam kekerasan setelah mengalami ketakutan dan amarah.
Sebaliknya, kita semua perlu membuat pilihan rasional dalam hidup kita terlepas dari keadaan emosi kita, dan kita semua bertanggung jawab secara hukum atas tindakan kita.
"Namun, hukum itu, bagaimanapun, pengalaman saya sebagai seorang kriminolog telah menunjukkan kepada saya bahwa ada kalanya emosi manusia mengalahkan rasionalitas, dan tidak ada emosi yang lebih kuat atau memotivasi daripada ketakutan," tandasnya.
Selain itu, kemarahan bisa berubah kekerasan juga berhubungan dengan kontrol kognitif atau kontrol diri.
Dilansir dari scientificamerican, Profesor Psikologi Sosial dari Universitas Michigan, Richard Nisbett dengan jelas mengatakan bahwa dia lebih suka putranya memiliki kontrol diri yang tinggi daripada kecerdasan.
Sebab, kontrol diri adalah kunci kehidupan karena otak kita rentan terhadap segala macam pengaruh. Misalnya saja seperti menonton film yang menunjukkan kekerasan membuat seseorang cenderung bertindak hal yang sama.
Berita Terkait
-
Kengerian di Kalibata! Amukan Matel Hanguskan Puluhan Kios, Pedagang Ini Nyaris Terbakar
-
Benarkan Alex Tewas di Tahanan, Kapolres Jaksel: Lebih Jelasnya Nanti Malam
-
Real Madrid Lakukan Blunder Parah soal Saudara Diogo Jota
-
Pembunuh Aktor Sandy Permana Divonis 12 Tahun Penjara dan Restitusi Rp269 Juta
-
Jejak Intelektual Dwinanda Linchia Levi: Dosen Brilian Untag yang Tewas Misterius di Hotel
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan