Suara.com - Berbeda dengan negara-negara skandinavia lain, Swedia memilih untuk tetap membuka sekolah dan tempat bisnis seperti restoran atau bar.
Melansir dari Business Insider, para pejabat kesehatan di Swedia mengatakan strategi pencegahan dan mitigasi Covid-19 yang relatif santai di negara itu mungkin bekerja untuk meratakan penyembuhan infeksi.
"Kami berada di dataran tinggi," Anders Tegnell, ahli epidemiologi negara Swedia yang merancang strategi Covid-19 pada Bloomberg News.
Karin Tegmark Wisell, kepala departemen mikrobiologi di Otoritas Kesehatan Masyarakat Swedia, pada Jumat (18/4/2020) lalu juga mengatakan jumlah kasus Covid-19 di negara itu tampaknya stabil.
"Tren yang telah kita lihat dalam beberapa hari terakhir, dengan kurva yang lebih datar di mana kami memiliki banyak kasus baru, tetapi peningkatan harian mulai stabil. Kami melihat pola yang sama untuk pasien dalam perawatan intensif," kata Wisell.
Dilansir dari Business Insider, tindakan Swedia berbeda dengan tindakan negara tetangga Denmark yang menempatkan warganya dalam perintah isolasi wajib, bahkan sebelum ada laporan kematian.
Sementara negara-negara lain di seluruh dunia memberlakukan aturan jarak sosial yang ketat dengan menutup bisnis dan memerintahkan penduduk untuk tinggal di rumah, Swedia mengambil pendekatan berbeda untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Swedia tetap menjalankan bisnis dan kegiatan sekolah dengan catatan warga tetap mempraktikkan jarak sosial. Namun, pemerintah melarang pertemuan lebih dari 50 orang dan memberlakukan moratorium mengunjungi tempat-tempat seperti panti jompo.
Menurut Bloomberg News, beberapa analis percaya bahwa dengan menolak untuk menutup bisnis, ekonomi Swedia akan lebih mudah pulih daripada negara-negara yang telah sepenuhnya menutup ekonomi.
Baca Juga: Desak-desakan Ambil Sembako, Ini Pemicu Kantor Baznas Diserbu Ratusan Warga
Meski begitu, tak sedikit ahli kesehatan khawatir strategi tersebut akan berbahaya dalam jangka panjang. Ribuan ilmuwan di negara itu menentang pemerintah karena tidak memberlakukan penutupan.
Per Senin (20/4/2020), ada 14.385 kasus di Swedia dengan tingkat kematian 1.540 dan sembuh 550.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat