Suara.com - Saat negara-negara di Amerika Latin disebut akan menjadi episentrum baru virus corona, Kuba malah menjadi salah satu negara yang paling berhasil.
Dilansir dari The Guardian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi Amerika Latin sebagai pusat baru pandemi corona. Tetapi selama dua bulan terakhir, kasus di Kuba telah menurun.
Kuba sejauh ini melaporkan 2.173 kasus yang dikonfirmasi dan 83 kematian.
Salah satu keberhasilan Kuba didukung dengan para dokter dan perawat yang dikerahkan untuk mendatangi lorong-lorong dan banyak distrik. Setiap jam 8-11 pagi, para petugas media mewawancarai warga mengenai keluhan mereka.
"Tidak jarang bagi kita untuk pergi dari pintu ke pintu seperti ini, kami pernah melakukannya di masa lalu ketika kami mengalami wabah demam berdarah," kata Liz Caballero, seorang dokter yang memantau distrik Vedado di Havana.
Negara telah memerintahkan puluhan ribu dokter keluarga, perawat, dan mahasiswa kedokteran untuk secara aktif menyaring semua rumah di Kuba untuk kasus Covid-19 setiap hari.
"Tidak ada negara lain di belahan bumi yang melakukan apapun yang mendekati ini," kata William Leogrande, profesor pemerintahan di Universitas Amerika, Washington DC.
"Seluruh organisasi sistem perawatan kesehatan mereka harus berhubungan erat dengan populasi, mengidentifikasi masalah kesehatan, dan segera mengatasinya saat itu juga," imbuhnya.
"Kami tahu secara ilmiah bahwa identifikasi cepat kasus, pelacakan kontak dan karantina adalah satu-satunya cara untuk menekan virus tanpa adanya vaksin, dan karena dimulai dengan pencegahan, sistem kesehatan Kuba sangat cocok untuk melaksanakan strategi itu," ujar Leogrande.
Baca Juga: Google Tengah Mencari Solusi Terkait Wallpaper Bahaya yang Viral
Selain itu, semua orang yang dinyatakan positif di Kuba akan dirawat di rumah sakit. Orang-orang yang dicurigai membawa virus dimasukkan ke dalam pusat isolasi yang dikelola pemerintah kurang lebih selama 14 hari.
Gail Reed, pemimpin redaksi jurnal Medicc Review, percaya sistem kesehatan universal Kuba telah memungkinkan pemerintah untuk mengarahkan strategi terpadu daripada strategi yang terpecah-pecah.
"Kasus tanpa gejala diidentifikasi melalui pelacakan kontak, diikuti dengan tes antibodi dan ketika positif dilakukan tes PCR untuk konfirmasi," kata Reed.
Penelusuran dan isolasi ini cukup memungkinkan untuk Kuba karena sumber daya manusia yang mereka miliki.
Kuba memiliki rasio dokter per pasien tertinggi di dunia. Negara tersebut juga membelanjakan proporsi PDB-nya yang lebih tinggi untuk perawatan kesehatan daripada negara lain.
Penggunaan masker wajah di depan umum diwajibkan dan orang yang menolak memakainya dapat didenda atau bahkan dipenjara. Sementara itu, 28.000 mahasiswa kedokteran dimobilisasi untuk membantu dokter dan perawat mendeteksi gejala dan melacak kontak harus mematuhi jika mereka ingin lulus.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan