Suara.com - Proses belajar jarak jauh yang diterapkan selama pandemi Covid-19 membuat anak lebih sering terpapar layar gawai seperti komputer, laptop hingga handphone.
Meski begitu, pakar menilai perubahan kebiasaan ini jangan dijadikan alasan untuk orangtua mengabaikan batasan waktu anak terpapar layar gawai atau screen time bagi anak.
Dikutip dari Antara, orangtua perlu mengontrol agar anak tak terpapar layar digital terlalu lama demi kesehatan dan tumbuh kembangnya.
Dokter spesialis anak Ahmad Suryawan memaparkan pedoman screen time untuk anak dari berbagai rentang usia.
Anak usia dua hingga enam tahun (prasekolah) diperbolehkan menonton secara digital, namun durasinya maksimal 60 menit per hari.
Untuk anak usia 6-12 tahun yang duduk di bangku sekolah dasar, screen time sebaiknya tidak lebih dari 90 menit.
Ahmad menyarankan orangtua agar berdiskusi dengan pihak sekolah sehingga pembelajaran jarak jauh secara daring tidak melebihi 90 menit sehari.
"Pastikan penggunaan media atau screen time tidak jadi kebiasaan sebelum mengerjakan pekerjaan sekolah," kata dia dikutip Rabu (29/7/2020).
Ia menyarankan agar orangtua memastikan alokasi waktu anak untuk tidur, beraktivitas secara aktif yang melibatkan gerak fisik dan kegiatan harian penting lain tidak terkikis oleh penggunaan media.
Baca Juga: Bingung Bagaimana Mengatur Paparan Media pada Anak? Begini Pedomannya
Pada usia ini, durasi tidur anak yang ideal adalah 9-11 jam.
Untuk anak usia sekolah menengah, yakni 12-18 tahun, screen time disarankan tidak lebih dari dua jam.
Anak yang lebih besar sudah memahami konsep keseimbangan waktu, jadi orangtua bisa membantu mereka mengelola jadwal penggunaan media setiap hari.
Menurut Ahmad, durasi screen time yang berlebihan pada anak usia dini bisa menimbulkan gangguan perkembangan, gangguan bicara-bahasa, gangguan perilaku dan sosial serta emosi juga gangguan kecerdasan.
Interaksi antara orangtua dan anak juga dapat berkurang.
Untuk bisa mengurangi waktu anak terpapar gawai, orangtua juga perlu mawas diri. Jika ingin perilaku anak berubah, orangtua pun harus mengurangi durasi berkutat di hadapan layar gawai.
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Panjatkan Doa Khusus Menghadap Kabah, Gus Miftah Berharap Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia
-
Profil PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP): Emiten Resmi Dicaplok ASII
-
Meski Ada Menkeu Purbaya, Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tetap Gelap
-
Kritik Bank Dunia ke BUMN: Jago Dominasi Tapi Produktivitasnya Kalah Sama Swasta!
-
Harga Emas Naik Berturut-turut! Antam Tembus Rp 2,399 Juta di Pegadaian, Rekor Tertinggi
Terkini
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan