Suara.com - Perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech telah mengumumkan vaksin buatannya yang terbukti mencegah orang tertular virus corona Covid-19 sebesar 90 persen.
Hasil penelitian vaksin ini melebihi prediksi yang sempat menganggap efektivitasnya hanya 70 persen. Tapi, vaksin Pfizer untuk virus corona Covid-19 ini tetap masih menghadapi tantangan lainnya.
Menurut Profesor Andre Spicer, Profesor Perilaku Organisasi di Sekolah Bisnis, ada lima rintangan utama yang dihadapi vaksin Pfizer.
"Pengumuman bahwa ada vaksin yang efektif untuk melawan virus corona adalah tanda kemajuan substansial dalam mengatasi tantangan ilmiah terkait dengan penemuan vaksin. Meskipun tantangan ilmiah ini akan terus ada," jelas Profesor Andre dikutip dari Express.
Profesor Andre, mengatakan tantangan vaksin Pfizer ini berkaitan dengan manufaktur, logistik, etika, pemasaran dan pembelajaran.
1. Manufaktur
Profesor Andre Spicer mengatakan tantangan manufaktur ini melibatkan peningkatan produksi dengan cepat untuk membuat jutaan dosis vaksin.
"Tantangan dalam mempersiapkan kapasitas produksi sebagian telah diatasi melalui produsen vaksin yang bersiap atau sudah memproduksi vaksin," jelasnya.
Namun, tantangan yang lebih besar adalah mempelajari cara memproduksi vaksin dan berbagai pengetahuan. Sehingga berbagai produsen bisa meningkatkan sekala produksi vaksin dengan cepat.
Baca Juga: Waspada, Studi Baru Temukan Virus Corona Dapat Mengganggu Kesuburan Pria!
2. Logistik
Tantangan lainnya adalah tempat yang dibutuhkan untuk mempertahankan efektivitas vaksin. Profesor Andre mengatakan, vaksin harus disimpan pada suhu yang sangat rendah agar tetap efektif.
"Tantangan praktis dalam merancang rantai pasokan ini membutuhkan pemikiran yang cermat tentang proses penyimpanan hingga administrasi vaksin," jelas Profesor Andre.
3. Hambatan etis
Profesor Spicer mengatakan hambatan lain dari produksi vaksin virus corona ini adalah menentukan orang yang akan mendapatkannya lebih dulu. Banyak pertanyaan mengenai adakah kemungkinan orang yang membutuhkan akan mendapatkan vaksin dulu atau justru orang yang bisa membelinya.
Dalam hal ini, model prioritas yang adil untuk mengalokasikan vaksin virus corona tersebut. Sehingga pengalokasian vaksin bisa meminimalkan bahaya kesehatan, mengurangi deprivasi ekonomi dan sosial.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
Terkini
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci