Suara.com - Meningkatnya kasus virus corona di India seketika menjadi perhatian dunia. Banyak negara melarang penerbangan dari negara tersebut, termasuk Indonesia.
Terlebih Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah ada 10 warga Indonesia yang terkonfirmasi terinfeksi varian baru virus corona seperti yang berkembang di India.
"Virus itu udah masuk juga di Indonesia. Ada 10 orang yang sudah terkena virus tersebut," kata Budi dalam jumpa pers di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (26/4/2021).
Varian baru virus corona dari India, dijuluki B.1.617, telah menyebabkan peningkatan kasus infeksi di negara asalnya dengan berkembang secara cepat.
Beberapa ahli khawatir varian India ini akan berubah menjadi jenis 'mutasi super' yang akan terus menyebar ke seluruh dunia.
Tidak hanya di Indonesia, varian ini juga telah terdeteksi di sejumlah negara lain, yakni di Jerman, Belgia, Inggris Raya, Swiss, Amerika Serikat, Australia, dan Singapura. Kementerian kesehatan Inggris juga telah melaporkan beberapa puluh kasus.
Apa yang Membuat Varian Ini Berbahaya?
Menyadur DW, varian ini memiliki dua mutasi pada protein lonjakannya, alat yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia, yakni E484Q dan E484K.
Virus dapat menyebar secara cepat ke seluruh tubuh jika dapat menghindari antibodi apa pun dalam sistem kekebalan, baik antibodi dari vaksin maupun infeksi Covid-19 sebelumnya.
Baca Juga: Tokyo Mengonfirmasi Kasus Pertama Virus Corona Mutan Ganda dari India
Para ahli mengatakan ada risiko antibodi pada penyintas Covid-19 atau orang yang sudah divaksin tidak tahan terhadap varian baru ini karena kemungkinan antibodi seolah melawan bentuk virus lain.
Tetapi sebenarnya, dua mutasi pada protein lonjakan tersebut tidak sepenuhnya baru. Mutasi ini sudah teridentifikasi dalam varian lain, misalnya dari Afrika Selatan (B.1.353) dan Brasil (P1).
Dalam beberapa kasus, mutasi India juga terdeteksi pada varian Inggris , B.1.1.7.
Ada mutasi lain, seperti L452R, yang terdeteksi dalam varian virus California, B.1.429. Ini juga ditemukan pada varian di Jerman.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorisasi varian India sebagai 'varian yang diminati', yang artinya sednag dipantau tetapi untuk saat ini bukan menjadi perhatian utama.
Tetapi sejumlah ahli melihat ancaman tersebut secara berbeda. Melihat perkembangan kasus saat ini, tampaknya dugaan para ahli ini kemungkinan benar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan