Suara.com - Pasien Covid-19 tanpa gejala (asimtomatik) dan bergejala ringan diminta melakukan isolasi mandiri (Isoman) di rumah, karena rumah sakit dikhususkan untuk pasien bergejala sedang dan berat.
Tapi tidak sedikit pasien Covid-19 yang isoman di rumah, mengaku bingung terkait masa isoman yang dilakukan. Kapan boleh kembali beraktivitas seperti biasa?
Menjawab ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Muhammad Hafiz Aini mengungkap jika ada fase krusial atau fase kritis yang berpotensi membuat pasien Covid-19 mengalami gejala berat, yakni pada hari ke-10 hingga hari ke-14 saat isoman.
"Kita pastikan isolasi target utamanya adalah fase yang paling infeksius, ratenya bisa menginfeksi 6 sampai 8 orang dan fase kritisnya sekitar 10 sampai 14 hari," jelas Hafiz dalam diskusi virtual, Kamis (1/7/2021).
Pada hari ke-10 hingga ke-14 isoman adalah hari penentuan, dan wajib dipantau karena dikhawatirkan mengalami komplikasi berat yang ditandai sesak napas, atau saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam tubuh sangat rendah.
Jika ini yang terjadi, maka pasien memasuki masa kritis, dan harus segera mendapat penanganan medis dari rumah sakit seperti bantuan oksigen hingga ventilator.
Tapi, sebaliknya jika di hari ke-10 hingga ke-14 tidak ada gejala berat, maka fase kritisnya sudah terlewat, dan laju penularan atau risiko menularkan ke orang lain lebih rendah, di sinilah disebut pasien pasca isolasi.
"Tapi apakah (hasil tes) masih positif Covid-19? 70 persen lebih masih positif, dia rata-rata baru negatif di atas satu bulan," imbuh Hafiz.
Hafiz menambahkan, selesai isoman bukan berarti bebas buka masker. Masker harus tetap dipakai dan protokol kesehatan harus tetap ditegakkan, karena ada fase pasien menunggu negatif Covid-19.
Baca Juga: Akademisi Kesehatan Amerika Beri Tips Obati Covid-19 di Rumah, Jangan Pakai Ivermectin
"Makanya tidak ada imbauan memperbolehkan setelah isolasi boleh buka masker. Jadi tetap pakai masker, kadang orang udah sembuh dianggap boleh lepas masker, padahal harus tetap ada protokolnya," pungkas Hafiz.
Berita Terkait
-
Penting Diperhatikan! Berikut Cara Isoman bagi Penderita Cacar Monyet
-
Status Pandemi Dicabut, Perawatan Pasien Covid-19 Bakal Ditanggung BPJS
-
INFOGRAFIS Tutupnya Operasional RSDC Wisma Atlet Kemayoran
-
Yang Tertinggal, Bekas Pusat Isolasi Pasien Covid-19 Saat Pandemi
-
Kini Resmi Ditutup, Kilas Balik Sejarah Wisma Atlet Hingga Jadi RS Darurat Covid-19
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025