Suara.com - Efek varian omicron disebut lebih ringan dari varian Covid-19 sebelumnya. Sebab, gejala Omicron sendiri cenderung lebih ringan, seperti gejala orang akan flu.
Bagi banyak orang, terutama mereka yang sudah vaksin dan sehat, Omicron tampaknya memiliki gejala yang relatif ringan, termasuk gejala pernapasan bagian atas atau pilek seperti hidung tersumbat, bersin, dan sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Dilansir dari Very Well Health, beberapa penelitian yang diterbitkan mendukung gagasan kenapa gejala Omicron cenderung ringan. Karena meski Omicron lebih menular, virus ini nampaknya tetap berada di sekitar hidung, tenggorokan, dan kerongkongan.
Sehingga varian ini tidak terlalu membahayakan paru-paru, di mana varian sebelumnya menyebabkan peradangan dan jaringan parut yang dapat menyebabkan masalah pernapasan parah.
Dalam sebuah penelitian menggunakan jaringan kultur dari bronkus dan paru-paru manusia, para peneliti di University of Hong Kong menemukan bahwa Omicron dapat berkembang biak 70 kali lebih cepat daripada Delta di bronkus dalam 24 jam setelah infeksi.
Tetapi di jaringan paru-paru yang terinfeksi, Omicron bereplikasi setidaknya 10 kali lebih lambat dari virus Covid-19 asli.
Jika didukung oleh penelitian lebih lanjut, temuan ini dapat menjelaskan bagaimana infeksi Omicron memiliki hasil penyakit yang tidak terlalu parah.
Karena biasanya ketika infeksi Covid-19 mencapai paru-paru, sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi berlebihan, menyebabkan peradangan yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan kerusakan jangka panjang.
Jika infeksi sebagian besar tetap berada di saluran pernapasan bagian atas, potensinya untuk menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh lainnya lebih kecil.
Baca Juga: Sejumlah Guru SD di Bandarlampung Positif Covid-19
Namun para ilmuwan belum yakin apa yang menyebabkan varian Omicron jauh lebih menular daripada varian lain, tetapi kemampuannya untuk menginduksi viral load yang lebih tinggi di mulut dan hidung mungkin berperan.
Tapi perlu digarisbawahi, meski varian Omicron memang tidak terlalu menyebabkan keparahan, penularannya yang tinggi perlu diwaspadai.
Sebab berarti akan lebih banyak orang yang terinfeksi virus, serta meningkatkan risiko bagi mereka yang rentan terhadap penyakit serius, seperti orang yang tidak divaksinasi, immunocompromised, atau lanjut usia. Ditambah lagi, lonjakan kasus tentu bakal membebani sistem kesehatan.
Maka dari itu meskipun varian Omicron mungkin lebih kecil kemungkinannya menyebabkan penyakit parah, hasilnya masih bisa mematikan pada orang tidak divaksinasi. Melakukan vaksinasi penuh dan suntikan booster saat ini adalah cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari penyakit serius.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia