Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk program skrining TB atau TBC (tuberkulosis) besar-besaran.
Diceritakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Dr. drh. Didik Budijanto, bahwa alat skrining AI ini berupa alat X-Ray paru, yang bentuknya seperti sajadah atau karpet.
TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru.
Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas.
"Dengan memanfaatkan alat X-Ray kayak sajadah, sedang diupayakan pengadaan alat tersebut tahun ini," ujar Dr. Didik dalam diskusi Kemenkes memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2022, Selasa (22/3/2022).
Untuk membayangkan alat X-Ray ini, hampir serupa seperti alat X-Ray berteknologi kecerdasan buatan, yang diperbantukan FUJIFILM Indonesia untuk Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) beberapa waktu lalu.
Teknologi AI dalam X-Ray ini bekerja dengan cara mempelajari apa yang dipotret atau data yang diterima saat menganalisis tubuh manusia, khususnya paru.
Contohnya X-Ray ini dengan FDR Nano, hanya melalui foto rontgen ini bisa dengan cepat mendeteksi berbagai macam kelainan paru seperti infeksi TB pada tubuh pasien.
Sehingga dari yang tadinya hanya sekedar foto rontgen berwarna hitam putih, dengan kecerdasan buatan alat X-Ray akan langsung menampilkan aneka warna kelainan paru, sehingga tenaga medis lebih mudah mendiagnosis.
Baca Juga: Sentra Vaksinasi Serviam Jakarta Ditutup Usai Setahun Beroperasi, Apa Alasannya?
Menariknya, alat rontgen dengan kecerdasan buatan ini bisa digunakan pasien dengan berbagai posisi, termasuk posisi berbaring sekaligus karena tipis seperti karpet atau sajadah yang bisa ditiduri pasien.
Sehingga tidak perlu lagi membawa pasien ke lokasi ruang rontgen khusus, karena mesin X-Ray bisa mudah dibawa ke berbagai ruangan karena ringan, termasuk bisa digunakan pasien yang sedang kritis terbaring di ICU atau IGD.
Adapun rencana program skrining besar-besaran ini, dilakukan agar Indonesia mampu mencapai target global eliminasi TB pada 2030 mendatang.
Apalagi Indonesia saat ini memiliki gap atau jarak kasus dugaan TBC yang berkisar sebanyak 800 ribu kasus. Namun yang ditemukan dan mendapatkan pengobatan baru ada 500 ribu kasus.
"Dengan ditemukannya gap 300 ribu, ini akan mempercepat target global, di 2030 kita bisa eliminasi TBC, oleh karena itu salah satu upaya dengan menemukan secara cepat kemudian diobati, kontak tuntas 100 persen, ini target kita menyelesaikan di tahun 2030," tutup Dr. Didik.
Perlu diketahui, orang dengan TB perlu mengonsumsi obat secara rutin paling lama 6 bulan agar bakteri TB di tubuhnya jumlahnya terkendali, tidak berpindah atau menular ke orang lain.
Berita Terkait
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
-
Berantas TBC Lintas Sektor, Pemerintah Libatkan TNI-Polri Lewat Revisi Perpres
-
Sukses Intervensi Penurunan Stunting, Gubernur Ahmad Luthfi Terima Penghargaan Kemenkes
-
Admedika Hadirkan VIP Lounge di RSUP Kemenkes Surabaya, Tingkatkan Kualitas Layanan
-
Anomali Gizi Proyek PMT: KPK Butuh Sampel Biskuit untuk Jerat Koruptor Alkes Ibu Hamil
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
-
Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
-
Viral Biaya Tambahan QRIS Rp500: BI Melarang, Pelaku Bisa Di-Blacklist
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025