Suara.com - Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) kembali menyoroti praktik distribusi air minum dalam kemasan (AMDK) yang dinilai diskriminatif oleh salah satu produsen terbesar di Indonesia.
Berdasarkan investigasi terbaru, KKI menemukan produsen tersebut masih memprioritaskan distribusi galon bebas Bisphenol-A (BPA) untuk kalangan menengah ke atas.
Sementara masyarakat bawah, mereka lebih banyak menerima galon berbahan polikarbonat yang mengandung BPA.
Ketua KKI, David Tobing, dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Senin (3/2/2025), menegaskan temuan ini semakin memperkuat indikasi adanya pelanggaran hak konsumen.
“Distribusi galon bebas BPA hanya terbatas di kota-kota besar dan wilayah dengan daya beli tinggi. Ini berarti konsumen dengan ekonomi lemah secara tidak langsung ‘dipaksa’ mengonsumsi air minum dari kemasan yang mengandung BPA, yang dapat membahayakan kesehatan mereka,” ujar David.
Tuntutan KKI: Hentikan Praktik Diskriminatif
KKI menilai bahwa pola distribusi ini bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang menjamin hak setiap individu untuk mendapatkan produk yang aman dan sehat.
Menurut David, tidak seharusnya ada perbedaan perlakuan terhadap konsumen berdasarkan tingkat ekonomi mereka.
“Kami mendesak produsen tersebut untuk segera menghentikan praktik diskriminasi ini dan memastikan bahwa semua konsumen memiliki akses yang sama terhadap produk air minum bebas BPA,” tambahnya.
Selain itu, KKI juga meminta pemerintah dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengambil langkah tegas dalam mengatur distribusi AMDK guna ulang agar tidak ada ketimpangan yang merugikan masyarakat.
Bahaya BPA dan Dampaknya
BPA adalah senyawa kimia yang umum digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan hormon, risiko kanker, hingga gangguan reproduksi.
Paparan ini semakin berisiko ketika galon digunakan dalam jangka waktu lama atau terpapar panas tinggi.
“Jangan sampai ada kesan bahwa kesehatan masyarakat bawah dianggap lebih ‘murah’ dibandingkan masyarakat menengah ke atas. Semua konsumen memiliki hak yang sama untuk mengonsumsi produk yang aman,” tegas David.
Berita Terkait
-
Survei KKI: Demi Harga Murah, Konsumen Abaikan Bahaya BPA Galon Guna Ulang
-
Survei KKI: 96 Persen Konsumen Tuntut Segera Terapkan Label BPA pada Galon Guna Ulang
-
Distribusi Galon Air Minum Terpapar Sinar Matahari, Risiko BPA Mengancam Kesehatan
-
Asparminas Menilai Positif Market Leader Galon AMDK Mulai Beralih ke Kemasan Bebas BPA
-
BPOM Wajibkan Label Bahaya BPA, Komunitas Konsumen Tegaskan Setuju
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern